BAB 29

205 35 1
                                    

"Maaf, sudah menyakiti perasaanmu. Dan, maaf telah membuatmu kecewa."

***

Dapat Samuel rasakan tubuh Kanna menegang. Kanna terkejut dengan pelukan dadakan darinya.

Samuel mengusap pelan punggung Kanna. Mata Samuel terpejam menikmati aroma bayi dari tubuh Kanna. Menenangkan.

Samuel menyukai aroma Kanna. Terutama aroma rambut sebahu Kanna. Rasanya, Samuel tidak ingin melepaskan pelukannya.

Sudah lama Samuel tidak merasakan nyamannya sebuah pelukan, semenjak Mamahnya tiada. Dan, Kanna telah membuat Samuel merasa nyaman dan aman.

"Sebentar aja," lirih Samuel.

Kanna hanya mengangguk. Dapat ia rasakan pelukan Samuel tambah erat. Perlahan Kanna membalas pelukan Samuel.

Aroma parfum yang menenangkan dapat Kanna rasakan dalam tubuh Samuel. Kanna menikmati pelukannya bersama Samuel.

Kanna mencium dalam-dalam aroma tubuh Samuel. Ia candu dengan aroma parfum Samuel. Kanna mengeratkan pelukannya.

"Makasih."

"Untuk?"

Samuel melepaskan pelukannya. Tangannya ia letakan dikedua bahu Kanna. Samuel menarik napas dalam-dalam.

"Semuanya." Samuel meremas bahu Kanna. "Makasih, udah suka sama gue."

Kanna membalasnya dengan senyum tipis. "Kanna gugup," cicit Kanna.

Samuel menundukan kepalanya agar bisa sejajar dengan wajah Kanna. Bisa ia lihat wajah memerah Kanna. Samuel terkekeh pelan.

"Kak Uel ketawa?"

Samuel mengusap rambut Kanna. "Karena lo, gue bisa tertawa."

***

"Lo emang bodoh!" umpat seseorang perempuan berpakaian ketat.

Seorang pria berada di hadapannya berdecih kesal. Lengannya terkepal mendengar umpatan perempuan itu.

"Gue gak bisa lakuin hal yang akan menyakiti Kanna!" Matanya menatap tajam perempuan itu.

Perempuan itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Ia tersenyum sinis. Perempuan itu berjalan selangkah lebih dekat dengan pria itu.

"Sebegitu cintanya lo sama dia?"

Pria itu mendorong kasar perempuan di hadapannya. "Berhenti nyakitin Kanna! Lo akan berhadapan dengan gue kalau berani nyakitin Kanan!"

Perempuan itu terkekeh sinis. "Wah! Udah jadi pahlawan ya lo sekarang?"

Pria itu mengeram. Perempuan itu kembali berjalan selangkah mendekati pria itu. Ia mengusap bahu pria itu dengan pelan.

"Lo lupa," jedanya. "Dengan kesepakatan kita? Lo lupa, kalau Kanna udah buat hati lo terluka?"

Pria itu menyentak tangan perempuan licik di hadapannya. "Gue akan selalu ada untuk Kanna walau dia gak bales perasana gue!"

Setelah mengatakan hal tersebut, pria itu pergi.

Perempuan licik itu berdecak, "Kanna, Kanna, kayaknya mesti gue yang harus nyingkirin lo dari kehidupan Samuel?"

TENEBRIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang