BAB 44

148 20 0
                                    

"Selalu ada pundak ketika kamu menangis."

***

Kanna saat ini tengah berada di supermarket. Ia membeli kebutuhan sehari-hari. Sejaktadi Kanna terus berkeliling mencari sesuatu yang tengah ia cari.

Matanya berbinar ketika melihat barang yang tengah ia cari. Kanna langsung mendekati barang tersebut, namun tangan lain mengapainya duluan.

Kanna berdecak kesal, "Ba—"

Baru saja membuka suara, Kanna dikejutkan dengan kehadiran Tristan di hadapannya. Tristan tersenyum tipis melihat keterkejutan Kanna.

"Kanna?" sapa Tristan. "Hey, gak nyangka ternyata kita bisa ketemu di sini." Kanna memutar bola matanya malas.

Tanpa menghiraukan perkataan Tristan, ia kemudian melanjutkan langkahnya menyusuri rak-rak makanan ringan. Tristan mengikuti Kanna dari belakang sambil tersenyum tipis.

"Lo sendirian?" tanya Tristan basa-basi.

Kanna diam tidak menjawab pertanyaan Tristan. "Gue temenin ya," tawar Tristan.

"Lo bisa pergi gak sih," decak Kanna. "Kenapa daritadi lo ngikutin gue? Ganggu banget tau."

"Lah, siapa juga yang ngikutin lo?" Tristan menampilkan deretan gigi putihnya.

Kanna mendengus, "Terserah." Kanna terus berjalan tanpa memperdulikan kehadiran Tristan di sampingnya.

Tristan sejaktadi terus memperhatikan Kanna walau ia tahu sejaktadi Kanna terus mengabaikan dirinya. Tristan hanya mampu tersenyum tipis mengingkat sikap Kanna yang menjauhi dirinya.

"Gue sama Mila gak ada hubungan apa-apa," tutur Tristan.

Spontan Kanna menghentikan gerakan mengambil barang, lalu menoleh ke arah Tristan. "Maksud lo?"

Tristan berdehem. "Bukannya waktu di sekolah Mila ngomong sama lo kalau gue pacaran sama dia? Gue gak pacaran sama Mila," jelas Tristan.

"Terus hubungannya sama gue apa?"

"Gue cuman takut lo salahpaham," balas Tristan sedikit kecewa.

Kanna menghela napas. "Lagian kita bukan siapa-siapa, ngapain gue harus salahpaham."

Hati Tristan terasa nyeri mendengar balasan Kanna. Kanna memang tidak akan bisa membalas perasaannya sama sekali. Kanna hanya akan menganggapnya tidak lebih dari seorang sahabat.

Mau sampai kapan ia akan berharap lebih kepada Kanna? Sebesar itukah perasaan cintanya kepada Kanna hingga ia dibutakan dengan kenyataan Kanna tidak akan membalas perasaannya sama sekali.

"Tris?" panggil Kanna. "Ada Mila yang sayang banget sama lo, hargai keberadaan Mila sebelum dia cape merjuangin lo."

"Gue gak pernah minta dia suka sama gue."
Kanna segera menyela, "Apa Kak Uel selama ini minta gue buat suka sama dia? Enggak, kan." Kanna menghela napas.

"Gue pernah berada diposisi Mila, berjuang untuk mendapatkan hati cowok yang gue sukai itu bukan hal yang mudah." Kanna menerawang kembali saat-saat dia mengejar Samuel.

"Selagi Mila masih mau berjuang buat dapetin lo, lo harus bisa manfaatin kesempatan emas ini. Cewek kayak dia langka," saran Kanna.

Tristan mendengus, "Gini cara lo agar gue ngejauh?"

Kanna mengeleng. "Gue ngomong kayak gini karena pernah berada diposisi seperti Mila." Kanna kemudian pergi dari hadapan Tristan.

Tristan menatap kepergian Kanna, apa yang Kanna ucapkan memang ada benarnya. Namun apa daya, Tristan sudah membodohi perasaannya sendiri.

TENEBRIS Where stories live. Discover now