BAB 64

110 18 0
                                    

"Bisakah kita tetap bersama?"

***

Kanna baru saja sampai ke rumah setelah bertemu dengan Samuel. Ia masih memikirkan perkataan Samuel.

Kanna sendiri tidak tahu kapan ia akan kembali lagi. Kanna tidak ingin Samuel menunggunya lama. Kanna hanya ingin Samuel bahagia.

Kanna kembali mengingat usahanya mendekati Samuel. Segala penolakan sudah Kanna terima dari Samuel. Namun, ia tidak menyerah begitu saja.

Dering ponsel mengalihkan perhatian Kanna. Kanna mengambil ponsel di tas hitam miliknya. Ada panggilan vidieo dari Raya.

Kanna bangkit untuk menerima panggilan vidieo dari Raya. Ia mengeserkan ikon hijau. Terlihat wajah Raya dan Mila dalam layar ponsel Kanna.

"Halo gais," sapa Kanna.

Raya memasang wajah tidak enak kepada Kanna. "Sorry ya K, kita gak bermaksud ngasih tau hal ini sama Kak Samuel."

Kanna tersenyum tipis. "It's okey, gue tau lo ngelakuin ini demi hubungan gue sama Kak Uel."

"Maafin kita ya." Mila menyaut.

Kanna mengangguk. "Kalian berdua nginep?" tanya Kanna.

"Iya, di rumah Mila lagi gak ada siapa-siapa, jadi gue numpang tidur di rumahnya."
"Emangnya lo gak punya rumah?" canda Kanna.

"Bokap sama nyokap dia bulan madu ke Bali." Mila tertawa keras di sana.

Raya menatap Mila sinis. "Apaan sih lo!"

Kanna terkekeh pelan menanggapi perkataan Mila. "Jadi, lo mau nambah adik, Ray?" goda Kanna.

"Kanna!" Kanna dan Mila tertawa senang. "Gue gak mau punya adik!"

"Iya-iya."

"Eh, K." Mila mengalihkan pembicaraan. "Jam berapa lo berangkat ke bandara?"

"Pulang sekolah," jawab Kanna.

"Kita anter ya sampe bandara." Kanna mengeleng tidak setujuh.

"Gak usah, gue udah dianter sama bokap."

Raya dan Mila menghela napas kecewa. "Kita juga mau nganter!"

Kanna mengangguk. "Oke."

"Bener ya?" tanya Mila.

Kanna mengangguk. "Iya."

"Pokoknya gue mau pelukan dulu sama lo, kita selfi dulu, terus nge-mall dulu."

"Keburu pesawatnya berangkat dong kalau ngajak nge-mall dulu," sela Mila.

Kanna terkekeh kecil. "Ada-ada aja lo, Ray."

"Tuh, temen lo."

"Raya temen lo juga."

"Jadi, ceritanya gue gak ada yang nganggap temen nih." Mila dan Kanna terkekeh melihat Raya.

"Raya sekarang beda ya, enggak kayak dulu," ucap Kanna.

"Emangnya dulu gue gimana?" tanya Raya.

Kanna bereksprsi seolah-olah tengah berpikir. "Dulu itu lo galak, judes, terus gampang emosi."

Mila terkekeh mendengarnya. "Dia berubah karena takut gak laku."

"Sembarangan lo ya, gini-gini juga gue laku!" Raya menoyor kepala Mila.

TENEBRIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang