BAB 5

470 191 64
                                    

"Lepaskan, atau kamu akan terluka."

***

Kanna sudah bersiap dengan seragam sekolahnya. Ia menuruni tangga dengan perasaan gembira. Gembira karena hari ini ia akan kembali bertemu dengan Samuel.

Langkah Kanna terhenti ketika matanya menatap punggung seseorang yang ia kenal. Mata Kanna melebar ketika orang itu membalikan badannya ke arah Kanna.

"Bunda!" seru Kanna.

Lanna, bunda Kanna tersenyum lebar ketika melihat Kanna. "Sayang, udah siap, ya?"

Kanna segera menghampir bundanya. Ia sangat merindukan wanita yang telah melahirkannya itu. Sudah sebulan Kanna tidak bertemu dengannya. Hanya berkomunikasi secara daring.

Kanna langsung memeluk tubuh Bundanya. Ia sangat bahagia. Bundanya telah kembali. Lanna membalas pelukan Kanna dengan erat. Ia sama halnya dengan Kanna, ia juga merindukan putri semata wayangnya.

"Bunda kapan pulang?" tanya Kanna setelah sesi pelukan selesai.

Lanna menyelipkan anak rambut Kanna ke belakang telinga. "Tadi malem," jawab Lanna.

Kanna mengerucut bibirnya. "Kok gak bilang-bilang kalau mau pulang?"

"Kan, kejutan," kekeh Lanna.

Kanna kembali memeluk tubuh Lanna. "Seneng banget akhirnya Bunda pulang," bisik Kanna.

Lanna merasa bersalah. Ia sudah mengabaikan Kanna. Dielusnya rambut Kanna dengan lembut. Kesibukannya membuat dia jarang menghabiskan waktu bersama dengan Kanna.

Tapi, untungnya Kanna mengerti kesibuan dia dan suaminya.

"Maafin Bunda ya, Bunda janji, mulai hari ini Bunda bakal nemenin Kanna."
Kanna tau, Lanna hanya membuat janji, namun tidak ada satupun janji yang Lanna tepati. Kanna sudah biasa.

Kanna melepaskan pelukannya. Ia menatap Lanna sendu. "Bunda gak perlu janji, Kanna gak mau nanti Bunda gak nepati janji itu."

"Tapi, sekarang Bunda akan nemenin Kanna," ucap Lanna.

Kanna mengerutkan alis binggung. "Loh, emangnya pekerjaan Bunda udah selesai?"
"Gampang itu mah," balas Lanna. "Bunda udah masakin makanan kesukaan Kanna, kamu pasti suka."

Kanna menatap hidangan yang disiapkan Lanna dengan tatapan sendu. Lanna bahkan lupa makanan kesukaannya saking sibuknya dia di dunia pekerjaan.

"Tapi, ini bukan makanan kesukaan, K," ujar pelan Kanna.

"Bukannya Kanna suka tumis kangkung, ya?" tanya Lanna.

Kanna tersenyum miris. Jelas saja itu bukan makanan kesukaannya. Lanna sudah lupa makanan kesukaan anaknya sendiri.

"K, lebih suka nasi goreng," ucap pelan Kanna.

Lanna mengaruk belakang lehernya. Ia lupa fakta itu. Lanna meringis, "Bunda lupa, sayang."

Kanna tersenyum. Ia memahlumi kesibukaan Lanna hingga lupa makanan kesukaannya. "Gak papa."

Kanna segera duduk. Ia mengambil tumia kangkung buatan sang Bunda. Walau Kanna tidak terlalu suka.

"Maafin Bunda, ya, karena Bunda terlalu sibuk akhir-akhir ini." Kanna mengangguk.

***

Samuel menuruni anak tangga satu persatu. Di bahunya sudah ada tas ransel berwarna hitam. Kali ini, Samuel memakai hoodie berwarna hitam, senada dengan warna ranselnya.

TENEBRIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang