BAB 15

327 92 19
                                    

"Memilih seseorang yang selalu ada atau orang yang selalu melukaimu?"

***

Samuel melepaskan pelukan Stevanie. Tiba-tiba saja Stevanie memeluk tubuhnya. Hal itu membuat Samuel terkejut sekaligus binggung.

Stevanie juga menangis dalam pelukan Samuel. Samuel tidak mengerti akan hal itu. Ia tidak menyukai jika ada perempuan menangis di hadapannya. Namun, perlahan Samuel membalas pelukan Stevanie.

"Sorry, gue kebawa suasana." Stevanie melepaskan pelukannya

Samuel mengangguk. "Lo pasti gak nyaman, sekali lagi sorry, ya."

"Sebenarnya gue mau cerita sama lo, tapi kayaknya lo gak bisa." Samuel menatap datar ke arah Stevanie. "Istirahat lo bisa temuin gue di taman?" Stevanie mendesah kecewa. Ia tahu jawaban Samuel.

Samuel tidak membalas. Ia langsung pergi dari hadapan Stevanie. Langkah Samuel terhenti ketika manik matanya menatap Adrian yang tengah melihat ke arahnya.

Samuel segera berjalan ke arah Adrian.

"Sesi pelukannya udah?" ketus Adrian. "Tau, ada hati yang terluka liat lo meluk si Stevanie?"

Kanna?

Nama itulah yang muncul dalam benak Samuel. Samuel tidak tahu jika Kanna melihatnya tengah memeluk Stevanie. Entah kenapa, ia merasa gelisah.

"Nih, dari Kanna." Adrian menyerahkan note dari Kanna. "Dibaca, jangan dibuang," sindirnya.

Adrian kemudia pergi dari hadapan Samuel. Samuel memperhatikan kepergian Adrian. Ia mulai membaca note dari Kanna.

Kanna Arsyinta
Kapan? Kamu menerima kehadiranku?

Samuel tidak pernah berpikir akan menerima Kanna. Baginya, Kanna hanyalah seorang penganggu, tidak lebih dari itu. Samuel baru merasakan ketulusan dari Kanna. Sebelum-sebelumnya tidak pernah Samuel merasakan dicintai begitu dalam.

Samuel memasukan note milik Kanna ke dalam saku celananya. Akhir-akhir ini ia sering menyimpan note dari Kanna. Alasannya, Samuelpun tidak tahu.

Samuel memutuskan untuk menemui Kanna saat istirahat. Walau Samuel tidak memperdulikan perasaan Kanna, ia masih waras untuk meminta maaf karena membuatnya terluka.

Samuel baru menyadari, Kanna telah masuk ke dalam hidupnya tanpa Samuel pinta. Dan, Kanna telah membuat seorang Samuel merasa bersalah untuk pertama kalinya.

Samuel menghela napas. Pikirannya gelisah. Hatinya tidak tenang. Mengapa ia harus repot-repot meminta maaf? Ia tidak salah? Lantas, apa yang harus Samuel lakukan jika Kanna marah? Dulu-dulu juga Samuel tidak perduli Kanna marah atau bahkan menangis.

***

Raya berdecak melihat Kanna sudah menghabiskan satu bungkus tisu. Bahkan sampah bekasnya berserakan di atas meja. Raya bergidik jijik.

"Kak Uel kok jahat, sih," ucap Kanna sambil mengusap hidungnya yang berair. "Hati dedek terluka," lanjutnya dengan nada dibuat-buat

Raya memutar bola matanya malas. "Gak usah berlebihan deh lo! Suruh siapa masih betah ngejar-ngejar orang yang bahkan gak suka sama lo," cibir Raya.

Kanna kembali terisak. Cibiran Raya menyinggung perasaannya. Kanna tahu, percuma saja ia memperjuangkan Samuel, nyatanya Samuel tetap menutup hatinya.

Kebetulan guru-guru berhalangan hadir karena ada rapat untuk membahas ujian kelas XII. Tentu saja itu menjadi hadiah menyenangkan untuk kelas X dan XI.

TENEBRIS Where stories live. Discover now