BAB 27

196 31 1
                                    

"Hal paling mengecewakan ialah ketika mengetahui orang yang paling kamu anggap perduli sudah membuatmu terluka."

***

Raya memperhatikan Kanna yang sejak tadi melamun, sama sekali tidak mendengarkan penjelasan Bu Lida. Raya tahu apa yang sedang Kanna pikirkan.

Raya sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Ini menyangkut latar kehidupan Samuel dan keluarganya. Dan, Raya hanya mengetahui setengah dari cerita tentang Samuel.

Raya mendengus keras. Ia menyengol lengan Kanna. "K," panggilnya setengah berbisik.

Kanna sama sekali tidak mendengar panggilan Raya. Tatapannya kosong mengarah ke depan. Ada kesedihan yang terpancar di dalam kedua bola matanya.

Kanna menghela napas dengan berat. Bagaimana lagi caranya agar Samuel mau mendengarkan penjelasannya? Samuel sudah terlanjur membenci dirinya.

"KANNA!"

Bukan Kannalah yang tersentak kaget, melainkan Raya. Kanna justru menulikan telinganya, seolah-oleh ia tidak mendengar panggilan keras dari Bu Lida.

Raya meringis pelan. Dalam hati, ia berdoa semoga dirinya dan Kanna selamat.

Raya kembali menyengol Kanna agar tersadar dari lamunannya ketika melihat tatapan tajam dari Bu Lida. Raya mendengus greget.

Bu Lida berjalan ke arah meja Kanna dan Raya sambil membawa buku tebal di tangannya. Raya merapalkan doa-doa agar dirinya selamat dari amukan Bu Lida.

Sesampainya di meja Kanna dan Raya, Bu Lida memukul meja itu menggunakan buku tebal miliknya. Sontak semua orang dalam kelas tersentak kaget.

Raya sampai terlonjak akibat pukulan keras yang ditimbulkan buku tebal milik Bu Lida. Raya mengelus dadanya pelan.

Napasnya seakan tersedak dengan tatapan tajam Bu Lida. Raya menenguk silvanya dengan susah. Ekor matanya melirik Kanna.

Raya mencolek lengan Kanna. "K, Bu Lida, K!" bisik Raya setengah gemas dengan Kanna.

"APAAN SIH!" sentak Kanna sambil menepis lengan Raya.

Raya memberi isyarat kepada Kanna dengan lirikan mata. Kanna mengikuti lirikan Raya. Matanya seketika melebar sempurna.

"Bagus! Kamu sejak tadi saya perhatikan tidak mendengar penjelasan saya!" Bu Lida melotot ke arah Kanna.

Kanna menenguk silvanya dengan susah. Matanya melirik ke arah Raya seolah mengatakan 'Kenapa lo gak bilang'. Sedangkan, Raya hanya mengidikan bahunya acuh.

Kanna memamerkan deretan gigi putihnya. "Eh, Ibu. Apa kabar?"

"KELUAR DARI KELAS SAYA!"

Kanna menampilkan wajah memelas. "Ibu gak kasian sama saya? Masa saya harus keluar, sih?"

Bu Lida menarik napasnya dalam-dalam. "KANNA KELUAR!"

Kanna segera berdiri mendengar sentakan Bu Lida. Jika diibaratkan film kartun, mungkin telinga Bu Lida sudah mengeluarkan banyak asap.

"Bu saya—"

"KELUAR ATAU KAMU SAYA SURUH KELILING SEKOLAH!"

Sial!

Kanna hanya bisa berdecak kesal dengan nasibnya. Kanna merengut kesal.

"Gak Bu Suci, gak Bu Lida, nyebelin!" gerutu Kanna.

"Kanna saya denger, ya!"

***

"Nyebelin banget sih!" gerutu Kanna.

TENEBRIS Where stories live. Discover now