BAB 39

140 23 0
                                    

"Kepercayaan itu layaknya sebutir telur, jika telurnya sudah pecah maka tidak dapat diperbaiki lagi seperti semula."

***

Samuel berjalan cepat memasuki kediaman Tama dengan membawa surat dari Lisa untuk mempertanyakan maksud isi surat tersebut kepada Tama.

"PAPAH!" teriak Samuel. "Papah!"

Para pelayan berdatangan ketika mendengar suara Samuel. Mereka bertanya-tanya ada apa Samuel datang kemari. Samuel berjalan menghampiri salah satu pelayan tersebut.

"Di mana Tuan Tama?" Pelayan tersebut diam tidak menjawab pertanyaan Samuel. "Di mana Tuan Tama!"

"Ada apa?" Samuel menoleh ke belakang ketika mendengar suara dari orang yang ingin dia temui. "Samuel?"

Tama berjalan menghampiri Samuel. Ini merupakan suatu kejutan baginya Samuel mau datang kembali ke rumah yang dulu ditempatinya. Tama tersenyum hangat kepada Samuel.

"Nak." Tama merentangkan tangannya untuk memeluk Samuel. Namun, Samuel menghindar.

Samuel berjalan menuju sofa. Tama hanya bisa tersenyum tipis dengan sikap Samuel. Ia kemudian berjalan menuju sofa.

"Papah senang kamu datang kemari." Tama mengeluarkan rokok dalam sakunya. Lalu, menghidupkan pematik. "Harusnya kamu-"

"Sejak kapan Papah merokok?" potong Samuel.

Samuel merasa Papahnya bukanlah seorang pecandu rokok seperti yang dia lihat saat ini. Samuel masih tahu betul gaya hidup sehat Papahnya.

Tama mematikan rokoknya ketika mendengar pertanyaan Samuel. "Sejak Mamah kamu meninggal," jawab Tama. "Papah menganggap rokok adalah pelampiasan kehilangan Papah terhadap Mamah kamu."

Samuel mendengus. "Papah gak pernah merasa kehilangan Mamah," sela Samuel. "Kapan Mamah sebegitu berartinya untuk Papah? Selama ini Papah cuman menjadikan Mamah sebagai penutup dari sikap brengseknya Papah," lanjut Samuel.

"Samuel!" tekan Tama.

"Apa?" tantang Samuel. "Memang benar, kan?"

Tama menarik napasnya dalam-dalam. "Papah sudah menyesali perbuatan Papah. Papah menyesal, Samuel. Papah tahu selama ini Papah telah bersikap jahat terhadap Mamah kamu. Papah menyesal," balas Tama penuh sesal.

Samuel kemudian melempar gulungan surat dari Lisa ke arah Tama. Tama menatap gulungan itu dengan binggung. Pandangannya kemudian mengarah pada Samuel seolah bertanya maksud dari surat tersebut.

"Surat sebelum Mamah meninggal," jawab Samuel seakan tahu tatapan Tama.

Tama kemudian membuka surat tersebut. Mata Tama terbelalak ketika membaca isi dari surat Lisa. Tama menatap tidak percaya dengan apa yang ia baca.

"Maksudnya apa, Pah?" Samuel mempertanyakan isi dari surat tersebut. "Apa bener?"

Tama menghela napas. "Ini semua salah paham. Samuel, kamu harus percaya. Pasti ada seseorang yang ingin menghancurkan pernikahan Papah dengan Mamah kamu."

"Terus maksudnya apa? Kenapa surat itu menyatakan bahwa selama ini Papah mengkhianati Mamah." Samuel menatap Tama penuh tanya. "Selama ini Samuel membenci Papah karena sudah mengkhianati Mamah."

Tama sama sekali tidak mengerti dengan isi dari surat tersebut. Selama ini ada kesalahpahaman antara ia, Samuel, dan Lisa. Bagaimana mungkin ada yang mengetahui hubungannya dengan Lisa?

Samuel ingat ketika Laras mendatangi rumahnya karena permintaan Tama. Tidak mungkin Tama meminta Laras untuk datang ke rumahnya, mengingat hubungan Laras dengan Tama yang tidak terjalin dengan baik.

TENEBRIS Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin