BAB 63

107 16 0
                                    

"Soal menunggu itu keahlianku."

***

Samuel membawa motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tidak memperdulikan cacian para pengendara lain kepadanya.

Samuel sudah menjadikan Kanna bagian dari hidupnya. Ia tidak ingin Kanna pergi dari kehidupannya. Kanna tidak boleh pergi meninggalkannya.

Tidak ada yang diinginkan Samuel di dunia ini selain Kanna berada di sisinya. Hanya Kannalah yang sudah mengobati segala rasa sakit dalam hatinya.

Samuel sudah sampai rumah Kanna yang nampak sepi. Detak jantungnya berpacu sangat cepat. Ia tidak ingin Kanna pergi.

"Kanna!" panggil Samuel dari luar gerbang. "Kanna!"

Tanpa ia sadari tetes air mata sudah membanjiri pipi Samuel. Bayangan akan kepergian itu kembali menghantui Samuel. Ditinggal oleh orang yang berharga dalam hidup Samuel.

"Kanna!" teriak Samuel memanggil Kanna. "Kanna, gue mohon keluar!"

Samuel mengambil ponsel yang berada dalam sakunya. Ia mencari kontak Kanna untuk dihubungi. Namun, Kanna tidak dapat dihubungi.

Samuel kembali menghubungi Kanna walau nomor Kanna tidak dapat dihubungi. Ia mengirim beribu pesan kepada Kanna.

Saat ini Samuel tidak dapat membayangkan jika Kanna sungguh akan pergi meninggalkannya. Samuel tidak dapat membayangkan hal itu terjadi.

"Kanna, jangan tinggalin gue," lirih Samuel. "Gue butuh lo."

Samuel memilih duduk di luar gerbang untuk menunggu Kanna. Ia tidak perduli jika langit sudah berubah warna.

Samuel tidak berhenti menghubungi Kanna. Samuel tidak akan menyerah sebelum Kanna mengangkat panggilannya.

"Samuel," panggil seseorang.

Samuel menoleh ke arah orang yang memanggil namanya. "Lo?" Orang itu adalah Tristan.

Tristan sejaktadi memperhatikan Samuel dari jauh. Ia tidak tega melihat Samuel menunggu Kanna.

Tristan menghela napas. "Mau lo apa sih?" kesal Tristan. "Lo nunggun Kanna?" Samuel mengangguk.

Tristan mendengus melihat jawaban Samuel. "Berdiri," titah Tristan.

"Mending lo pergi, gue mau nungguin Kanna." Tristan kesal dengan tingkah Samuel.

"Kanna gak ada di rumahnya, dia udah pergi," kesal Tristan.

Samuel berdiri setelah mendengar ucapan dari Tristan. Ia menatap Tristan tidak percaya.

"Lo bohong," balas Samuel.

Tristan berdecak, "Ngapain gue bohong!"

Samuel menarik kerah Tristan dengan kencang. "Di mana Kanna?" tanya Samuel.

Tristan menghempaskan lengan Samuel yang berada di kerahnya dengan kasar. Ia tidak terima dengan tindakan kasar Samuel.

"Gue gak tau, mereka berdua pergi sejak pagi," jawab Tristan. "Mending lo pulang, nanti kalau Kanna balik gue hubungi lagi."

Samuel membalikan badannya menghadap rumah Kanna. Rumah Kanna begitu sepi seolah-olah pemiliknya memang sudah pergi jauh.

"Kalau Kanna balik, suruh dia hubungi gue," ucap Samuel.

***

Samuel pulang ke rumah dengan perasaan tidak menentu setelah mengetahui kepergian Kanna. Berkali-kali Samuel berusaha meyakinkan bahwa semua ini hanya mimpi.

TENEBRIS Where stories live. Discover now