BAB 26

198 35 3
                                    

"Hadirmu aku pikir akan menjadi obat tersendiri untukku, nyatanya kamu justru menambah luka dalam hatiku."

***

Seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun meringkuk ketakutan dengan kedatangan Neneknya. Anak kecil itu Samuel.

Wanita paruh baya itu menatap jijik Samuel. Ia memandangi Samuel seakan Samuel mahluk paling menjijikan.

Wanita paruh baya itu menyeret Samuel menuju gudang. Samuel dihempaskan ke lantai dengan lutut mencium lantai. Samuel kecil meringis.

"Diam disitu! Jangan keluar sebelum saya minta!" bentak Laras—Nenek Samuel.

Samuel mengangguk pelan. Samuel menangis. Ia memeluk lututnya dengan rasa takut.

Neneknya sendiri sering memperlakukannya seperti seorang anak yang tidak dianggap kehadirannya. Berbagai siksaan Samuel rasakan.

"Mamah," panggil Samuel lirih. "Uel takut di sini."

Samuel kecil menangis. Ia sendirian. Semua orang membenci kehadirannya. Samuel tidak dianggap.

Pintu gudang terbuka secara perlahan. Samuel mendongkak takut. Tubuhnya bergetar.

"Uel." Samuel segera mendongkak ketika mendengar suara lembut milik Mamahnya, Lisa.

"Mamah!" Samuel segera memeluk tubuh Lisa dengan erat. "Mamah."

Lisa memeluk dengan erat tubuh putranya. Hatinya menangis melihat perlakuan semua orang kepada Samuel. Namun, Lisa tidak dapat berbuat apa-apa.

Lisa melepaskan pelukannya. Lisa menangkup pipi Samuel yang basah karena air mata. "Uel, jangan nangis ya. Mamah akan selalu ada buat Uel."

Dengan sesegukan, Samuel membalas, "Uel takut, Nenek jahat," cicitnya.

Lisa hanya bisa menahan tangisannya di depan Samuel. Ia tidak boleh menangis di depan Samuel. Lisa tidak boleh lemah.

"Uel, dengerin Mamah." Lisa memegangi bahu Samuel. "Sebenarnya, Nenek itu sayang Samuel. Cara Nenek menyayangi Samuel itu berbeda. Uel gak boleh ngomong gitu tentang Nenek."

"Nenek gak sayang Uel, Nenek cuman sayang Kak Marchel," isak Samuel.

Lisa mengeleng, tidak setujuh dengan penuturan Samuel. "Enggak, Nenek sayang kok sama Uel. Nenek sayang Uel sama Kak Marchel."

Samuel manggut-manggut. Hatinya berusaha menerima perkataan Lisa. Samuel kecil selalu percaya dengan apa yang dikatakan Lisa.

Lisa tersenyum. "Dengerin Mamah, kalau orang-orang jahatin Samuel, Samuel gak boleh ngelawan ya? Samuel ngertikan maksud Mamah?" Samuel mengangguk.

"Mamah janji, Mamah akan selalu lindungin Samuel."

***

Samuel terbangun dari mimpinya. Mimpi itu seakan nyata. Sudah empat tahun lamanya, Samuel baru memimpikan hal itu.

Keringat bercucuran disekujur tubuh tegapnya. Napas Samuel memburu. Samuel menarik napas, berusaha menenangkan dirinya.

Samuel melirik jam yang berada di atas nakas. Pukul 2.45 Samuel terbangun. Samuel beranjak untuk mengambil minum.

Lengannya terasa bergetar akibat mimpi itu. Samuel menghela napas sebelum melangkahkan kakinya ke arah meja kecil yang tersedia di kamarnya.

TENEBRIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang