BAB 23

236 52 12
                                    

"Malam tau, siapa yang sedang aku rindukan."

***

Malam hari ini, Kanna senang akhirnya Chandra memiliki waktu luang bersama dengannya. Ia senang bisa makan malam bersama dengan Chandra. Walau tidak ada sosok Lanna.

"Gimana sekolahnya? Tidak ada masalah, kan?" Pertanyaan Chandra  memecahkan keheningan.

"Sejauh ini tidak," jawab Kanna seadanya.

Chandra mengelap bibirnya menggunakan tisu. Ia menatap Kanna serius. Putrinya telah tumbuh besar tanpa ia sadari.

"Papah mau tanya," kata Chandra bernada serius.

Kanna menegakan tubuhnya. Ia meletakan sendok dan garpu. Lalu, membalas tatapan Chandra. Kanna mengerti nada bicara Chandra.

"Kanna mau ikut dengan siapa, jika Papah dan Bunda bercerai?" tanya Chandra ragu.

Kanna mengigit bibir bawahnya. Pertanyaan yang Chandra sulit ia jawab. Kanna tidak tahu harus menjawab apa.

Kanna menghela napas. "Kanna gak tau," jawab Kanna.

Chandra menghela napas. "Kanna sayang, Papah gak maksa kamu memilih. Pilihan ada di tangan kamu. Papah tau, mungkin pilihan ini akan sulit Kanna jawab."

Chandra mengenggam lengan Kanna dengan lembut. "Papah dan Bunda akan selalu sayang sama Kanna."

Mata Kanna berkaca-kaca mendengarkan penuturan Chandra. Mengapa kedua orang tuanya memilih berpisah padahal keduanya terlihat baik-baik saja. Apa ini cara mereka menyayangi Kanna? Dengan perpisahan.

Kanna melepaskan lengan Chandra. Ia berniat pergi dari hadapan Chandra karena sebentar lagi pertahanannya runtuh.

"Kanna ke kamar dulu," pamit Kanna.

Chandra tidak mencegah Kanna. Ia tahu putrinya membutuhkan waktu untuk sendiri. Chandra memperhatikan punggung bergetar Kanna. Putrinya menangis.

"Maafin Papah," lirihnya.

***

"Kalian jahat!" Kanna memukuli bantal yang berada di pangkuannya. Ia melampiaskan kekecewaannya. Kanna menangis.

Malam ini bukanlah malam bahagia untuk Kanna. Malam ini malam paling Kanna benci. Keputusan kedua orang tuanya tidak main-main.

Kanna menangis dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya. Dadanya sesak. Hatinya hancur.

Kanna berharap ini semua hanyalah mimpi. Ia berharap kedua orang tuanya baik-baik saja. Kanna ingin segera bangun dari mimpi buruk ini.

"Kenapa? Kenapa Kanna harus memilih diantara kalian? Apa ini definisi sayang bagi kalian?" lirih Kanna.

Suara dering ponsel mengalihkan perhatian Kanna. Kanna melihat nama Bundanya berada dilayar utama. Segera ia hapus air matanya. Lalu, berdehem agar memulihkan suaranya.

Kanna mengeser tombol berwarna hijau. Ia menempelkan ponselnya pada daun telinga. Suara Lanna belum juga terdengar.

"Halo, Bun?" panggil Kanna.

Bukannya suara Lanna yang terdengar, namun suara isakan pelan. Kanna khawatir mendengar isakan Lanna.

"Bunda, Bunda kenapa?" cecar Kanna.

TENEBRIS Where stories live. Discover now