BAB 32

203 28 2
                                    

"Melupakan tidak semudah yang diinginkan."

***

Sesampainya di taman belakang, Kanna belum melihat Samuel. Matanya menjelajahi setiap sisi taman.

Kanna menghela napas. Samuel belum datang. Kaki Kanna melangkah mendekati kursi besi yang tersedia di taman.

Kanna memainkan ponselnya guna menghilangkan rasa bosan. Kanna membuka Instragam miliknya yang ke-49. Tidak ada yang menarik.

Suara deheman mengalihkan perhatian Kanna. Kanna mendongkak menatap sang pelaku. Senyumnya seketika terukir.

"Kak Uel," panggilnya.

Samuel hanya tersenyum tipis sebagai balasan. Ia duduk di samping Kanna. Sedangkan Kanna berusaha menahan debaran jantungnya yang mengila.

Kanna mengigit bibir bawahnya berusaha menahan senyumannya sejak tadi. Hatinya bersorak bahagia. Demi apapun, Kanna senang Samuel mau menerima kehadirannya.

"Kenapa?" Kanna menoleh ke samping, tepatnya pada Samuel.

Dahinya mengerut tanda tidak paham. "Maksudnya?"

Samuel menghela napas. "Tadi lo nangis?"

Kanna kembali menolehkan kepalanya ke depan. Ia tidak menduga Samuel akan bertanya hal itu padanya.

Tarikan dari arah Samping menyentak Kanna. Samuel merengkuhnya. Kanna bersandar pada dada Samuel.

Bola mata Kanna membulat saking terkejutnya. Debaran jantungnya terasa mengila. Kanna mati kutu.

Perlahan Samuel mengelus rambut sebahu Kanna. Memberikan rasanya pada Kanna. Samuel kembali bertanya.

"Ada masalah?"

Kanna mengangguk singkat. "Cerita." Samuel berharap bisa menjadi pendengar yang baik untuk Kanna.

Kanna menundukan kepalanya. Samuel masih menunggu Kanna. Namun, Kanna masih belum ada tanda-tanda akan memulai bercerita.

"Jan—"

"Bunda sama Ayah besok sidang," potong Kanna.

Samuel terdiam. Ia masih menunggu Kanna.

Kanna mengigit bibir bawahnya. "Mereka mau cerai," lanjutnya dengan suara bergetar.

Air mata yang sejak tadi berusaha ia tahan tumpah. Kanna menangis di hadapan Samuel. Isakannya terdengar memilukan.

Samuel langsung memeluk tubuh Kanna. Mengelus punggungnya. Samuel berusaha memberikan rasa nyaman untuk Kanna.

"M-mereka—" Samuel melepaskan pelukannya. Ia tidak ingin mendengar kelanjutan dari ceria Kanna.

"Jangan diteruskan." Samuel menangkup pipi Kanna. "Gue tau, Kanna kuat," lanjutnya sambil tersenyum tipis.

Kanna mengusap sisa air mata di pipinya. Ia membalas senyum Samuel. "Sekarang Kanna enggak merasa sendiri lagi, ada Kak Uel."

Samuel tertegun. Bukan ia yang membuat Kanna merasa tidak sendiri lagi, melainkan Kannalah yang sudah membuat hidupnya terasa bermakna.

Samuel mengambil jemari Kanna. Jemari mungil Kanna terasa lembut di tangan Samuel.

"Gue akan selalu ada buat lo."

***

Di lain tempat, Tristan melihat interaksi antara Samuel dan Kanna. Ia menghela napas pelan. Kedekatan Samuel dan Kanna sudah terlihat jelas.

TENEBRIS Место, где живут истории. Откройте их для себя