BAB 18

261 73 12
                                    

"Masa lalu kembali bukan berarti untuk dimulai lagi. Semuanya sudah berakhir. Tidak ada lagi yang harus diperbaiki."

***

Tristan duduk termenung di balkonnya. Pertengkaran dengan Kanna tadi pagi membuatnya malas melakukan segala sesuatu. Tristan hanya duduk dan melamun.

Kanna benar-benar marah dan kecewa padanya. Tristan tahu kesalahannya. Kanna dan dirinya jarang bertengkar, paling-paling hanya masalah sepele.

Tristan menghela napas. Ia memperhatikan figura kecil yang menampilkan foto dirinya dengan Kanna yang sedang memakai baju toga kelulusan TK. Tristan tersenyum kecil.

Kanna terlihat mengemaskan pada foto itu. Pipi yang cubby membuatnya sangat lucu. Tristan mengambil foto itu. Ia mengelus foto Kanna. Hatinya berdesir.

"Entah sejak kapan gue mulai suka sama lo," gumamnya.

***

Samuel sedang mengumpulkan note-note yang Kanna beri untuknya. Akhir-akhir ini Samuel memiliki hobby baru, yaitu membaca ulang note yang Kanna tulis.

Samuel tidak tahu mengapa ia mengumpulkan note-note dari Kanna? Ia terkekeh geli membaca note-note dari Kanna. Ada perasaan aneh dalam hatinya. Perasaan yang tidak pernah Samuel rasakan sebelumnya.

Kanna telah membuat tempat tersendiri dalam hidup Samuel. Tanpa izin, Kanna masuk ke dalam hidupnya. Kanna mampu membuat seorang Samuel menyesal dan meminta maaf.

Namun, Samuel tidak tahu bagaimana perasaannya kepada Kanna? Hatinya masih bimbang. Dia belum pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya.

Samuel meletakan note-note Kanna di loker meja belajarnya. Pandangannya teralih pada sepucut surat yang masih terbungkus amplop warna coklat. Samuel mengambil surat itu.

Samuel memandangi surat itu dengan sendu. Andai saja waktu bisa diputar, Samuel ingin dia kembali. Samuel mengelus surat itu.

Samuel menghela napas berat. Pahit rasanya meningkat kejadian empat tahun lalu. Samuel masih belum sepenuhnya melupakan semua itu.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Samuel.

"Den, ada tamu," ucap Narmi di balik pintu.

Samuel beranjak menuju pintu. Ia membukanya. Narmi menunduk, tidak berani menatap Samuel. Samuel mengerutkan dahi binggung dengan sikap Narmi yang tidak biasa.

"Siapa?" tanya Samuel dingin.

Narmi binggung harus menjawab apa. Samuel mengerinyitkan dahi. Narmi seperti sedang menutupi sesuatu. Samuel mampu merasakannya. Kadar kepekaannya memang tajam.

Tanpa menunggu jawaban Narmi, Samuel segera berjalan menemui tamu. Langkahnya lebar, Samuel cukup penasaran dengan orang yang bertamu.

Narmi berjalan di belakang Samuel dengan perasaan cemas dan was-was. Ia takut malam ini akan terjadi pertengkaran. Samuel tentu akan berubah menjadi moster ketika melihat seseorang yang ingin bertemu dengannya.

Samuel menuruni anak tangga secara perlahan. Detak jantung Narmi semakin terpompa dengan cepat. Narmi menahan napas, lalu menghembuskannya kembali.

"Samuel?"

Langkah Samuel terhenti ketika mendengar suara yang sangat ia kenali. Perlahan, Samuel mendongkak. Rahangnya mengeras menahan amarah. Tangannya terkepal kuat.

TENEBRIS Where stories live. Discover now