BAB 43

157 20 0
                                    

"Jika hati sudah memilih, sulit untuk pergi."

***

Samuel memasuki rumahnya dengan perasaan senang. Hanya dengan bersama dengan Kannalah Samuel merasakan kebahagiaan yang sudah lama tidak ia rasakan.

Virus Kanna sudah berhasil membuat Samuel berbeda dari yang dulu. Samuel merasakan perbedaannya sejak kehadiran Kanna. Hidupnya terasa lebih berwarna.

"Den?" panggil Narmi.

Samuel menoleh ke arah Narmi. "Iya, Bi?"

"Tadi tuan Tama datang ke sini," ucap Narmi.

Dahi Samuel mengerut. "Mau apa?" tanya Samuel.

"Katanya ada hal yang ingin dibicarakan," jelas Narmi.

Samuel kembali membalikan badanya, ia pergi menuju kediaman Tama. Samuel tahu apa yang akan dibicarakan Tama, soal kematian Lisa.

Narmi yang melihatnya berharap hubungan Ayah dan anak itu segera selesai dengan perdamaian. Ia sudah melihat betapa sengsaranya Samuel larut dalam dendam.

"Semoga mereka segera baikan," harap Narmi.

***

Tama tengah berbicara dengan seorang perempuan lebih muda darinya. Ia tengah menunggu kedatangan Samuel dan Marchel.

Perempuan itu meletakan secangkir minuman. Sejaktadi ia terus melirik ke arah pintu, menunggu kedatangan Samuel.
"Sebentar lagi Samuel datang," ucap Tama.

Perempuan itu mengangguk. "Om harap hubungan kamu sama Samuel akan berjalan dengan baik."

"Aku juga berharap seperti itu."

Tidak lama kemudian, Marchel datang dengan jas berwarna navy. Tama menyabutnya dengan senyuman.

"Apa kabar, Chel?"

Marchel mengangguk. "Baik," jawabnya. "Ini sebenarnya ada apa, Pah?"

"Kita tunggu Samuel dulu," jawab Tama.

Marchel mengalihkan pandangannya ke arah perempuan di hadapannya saat ini. Matanya menyipit ketika memandang perempuan itu. Ia nampak tidak asing dengan perempuan di hadapannya ini.

"Hallo Kak Marchel," sapa Stevanie.

"Stevanie!" Marchel menutup mulutnya tidak percaya. "Kamu apa kabar?" tanya Marchel.

"Baik, Kak," jawab Stevanie.

"Kak Marchel sampe gak kenal sama kamu." Marchel terkekeh.

Tidak lama kemudian, Samuel datang dengan raut wajah dingin andalannya. Tama yang menyadari kehadiran putra bungsunya segera mempersilakan Samuel duduk di dekat Marchel.

Samuel melihat sekilas Stevanie tanpa berniat menyapanya. Stevanie melunturkan senyumnya ketika sapaannya tidak dibalas oleh Samuel.

"Ada hal penting apa?" tanya Samuel to the point.

"Iya Pah, ada apa ya? Tumben banget minta kumpul."

Tama menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Bagaimanapun apa yang akan ia bicarakan akan membuat putra-putranya kecewa. Namun, Tama harus tetap melakukannya.

TENEBRIS Where stories live. Discover now