BAB 19

274 73 14
                                    

"Orang tulus itu langka, hargai ketulusan dia. Kamu enggak bakal tau, siapa yang sangat tulus mencintaimu."

***

Akhirnya masa libur sekolah selama dua hari usai juga. Kanna sejak tadi tidak berhenti tersenyum. Sudah tidak sabar ingin bertemu si manusia tembok.

Kanna berniat memasakan makanan untuk Samuel. Ia sudah bangun sejak pukul tiga pagi hanya untuk memberikan Samuel masakan pemberiannya. Untungnya Kanna pandai memasak.

Kanna berdecak bangga. "Pasti Kak Uel suka sama masakan gue. Dia bakalan bilang makasih, terus ngusap rambut gue. Hadeh halu indah banget sih." Kanna terkekeh atas ucapannya.

Kanna memasukan masakannya ke dalam tupperwere. Sejak tadi Kanna tidak berhenti tersenyum membayangkan Samuel akan menyukai makanannya.

Setelah semuanya beres, Kanna bersiap untuk mandi. Semaksimal mungkin Kanna ingin tampil cantik di hadapan Samuel.

Setelah siap, Kanna menuruni anak tangga sambil menenteng tupperwere berwarna pink.

"Kanna?" panggil seseorang.

Kanna mendongkak. Senyum yang sejak tadi menghiasi bibirnya seketika luntur.

Kanna menghampir Chandra dengan perlahan. Chandra merentangkan tangannya bersiap memeluk Kanna-putrinya. Kanna hanya menatap datar ke arah Chandra.

Senyum Chandra luntur, ia kembali menurunkan tangannya. Kanna tidak membalas senyum atau memeluk tubuhnya seperti biasa.

"Papah kapan pulang?" tanya Kanna.

Chandra berdecak kesal, "Kok gak peluk Papah dulu? Peluk dulu dong."

Kanna tidak membalasnya. Ia hanya menatap datar ke arah Chandra. Chandra pulang ke rumah tanpa mengatakan apapun kepadanya.

Kanna berdecak, "Jawab dulu pertanyaan Kanna," ketusnya.

Chandra menghela napas. Kanna masih marah kepadanya. Ia merasa seperti bukan sosok seorang Ayah yang baik untuk Kanna. Putrinya harus tinggal seorang diri di dalam rumah megah ini.

"Sekitar setengah jam lalu. Papah kangen banget sama Kanna." Chandra menatap Kanna dengan tatapan rindu.

Kanna memalingkan wajah. Mati-matian dirinya menahan air mata agar tidak keluar. Kanna mengenggam erat tali tupperwere.

"Kanna gak kangen Papah?" Kanna kembali melihat Chandra.

Chandra tersenyum tulus. Kanna tidak pandai marah, ia mudah luluh. Chandra kembali merentangkan kedua tangannya ke depan.

Perlahan-lahan Kanna mulai menghampiri Chandra. Kanna memeluk tubuh pria yang menjadi pahlawannya. Chandra menghirup aroma tubuh Kanna. Aroma bayi yang selalu Chandra sukai.

Kanna masih tetap putrinya. Walau kesibukannya di dunia perkantoran tidak membuat dirinya melupakan Kanna.

Kanna melepaskan pelukannya. Lalu, ia mendongkak. "Kenapa gak ngabarin dulu? Lain kali bisakan ngabarin Kanna dulu," ketus Kanna.

Chandra terkekeh, "Biar jadi kejutan." Chandra merapihkan tataan rambut Kanna. "Papah anter, ya?"

***

"Den?" panggil Narmi.

Tidak kunjung mendengar respon Samuel, ia membuka perlahan pintu kamar Samuel. Samuel tidak pernah melarang Narmi masuk ke dalam kamarnya, justru ia mengizinkan.

TENEBRIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang