BAB 8

389 149 35
                                    

"Sekuat-kuatnya seseorang, ia memiliki perasaan lemah di dalamnya."

***

Samuel memperhatikan mejanya yang pada pagi ini tidak ada note dari Kanna. Harusnya ia senang, tidak perlu membuangnya. Gadis itu akan bosan sendiri. Dan, terbukti, Kanna tidak menempelkan note tidak penting ke mejanya.

Samuel meletakan tas ranselnya ke atas meja. Ia mengambil ponsel yang sudah satu hari tidak disentunya. Samuel mengaktifkan data seluler.

Lagi, pesan dengan nomor yang sama. Kannalah yang mengirimnya. Samuel membaca isi pesan Kanna yang satu pesan. Tidak seperti dulu-dulu.

Malam ini tidak ada rembulan, tapi aku harap hidupmu senangtiasa dihiasi kebahagiaan.

Pesan singkat namun melekat. Hati dingin Samuel tersentuh membaca pesan dari Kanna. Hidupnya tidak seperti rembulan. Ada ataupun tidak rembulan, hidupnya masih sama. Tidak ada kebahagian.

Samuel mendengus. Ia kembali mematikan data seluler. Samuel memejamkan mata. Pesan singkat Kanna mengisyaratkan hidupnya saat ini.

Samuel tidak lagi merasakan kehidupan layaknya rembulan. Bersinar terang pada saat malam hari. Ia masih gelap. Tidak ada rembulan. Rembulan miliknya sudah lama menghilang.

"Sam?" panggil Adrian.

Samuel kembali membuka matanya. Ia menoleh ke arah Adrian dengan alis dinaikan ke atas satu. "Kok gue gak liat note Kanna, ya?"

"Gak ada."

Adrian menoleh ke arah Samuel. Karena sejak tadi ia mencari note Kanna yang mungkin saja dibuang oleh Samuel. Dahinya bergelombang.

"Maksudnya?"

Samuel menghela napas. "Notenya gak ada."

"Kok bisa?" tanya Adrian binggung.

Samuel mengedikan bahu. Adrian duduk di kursinya. Ia menatap Samuel binggung.

"Apa dia udah gak suka sama lo lagi?" tebak Adrian. "Kalo gitu, alhamdulillah dong," seru Adrian.

Samuel menatap Adrian binggung. Adrian menyengir ditatap oleh Samuel. "Ada kesempatan gue buat deketin dia," lanjutnya.

Samuel mengambil earphone-nya. Adrian sejak tadi terus mengoceh. Samuel menyumpal telinganya menggunakan earphone. Tidak mendengarkan ocehan Adrian.

"Kanna itu cantik. Lo katarak kalau lo bilang dia gak cantik. Walau gue sama Kanna sering berantem, tapi hati gue gak munafik kalau gue nge-fans sama tuh anak. Gila aja ya, semalem gue nge-stalker IGnya followers dia banyak cuy. Banyak cowok dari sekolah kita dan sebelah yang komen postingannya," cerocos Adrian.

"Sam, Sam?" panggil Adrian. Dia berdecak ketika mengetahui Samuel tidak mendengarkan ocehannya. "Ya Allah gini amat punya temen."

***

Kanna berjalan di koridor dengan wajah tidak biasanya. Keputusan kedua orang tuanya untuk berpisah ternyata bukan mimpi. Mereka tidak bertanya bagaimana perasaan Kanna.

Tadi pagi saja, mereka berdua sudah tidak ada lagi di rumah. Keduanya sudah pergi entah kapan Kanna tidak perduli.

Kanna seperti seorang anak yang dibuang. Mereka berdua seolah tidak memiliki anak. Hidup dipenuhi pekerjaan tanpa ada yang tahu bagaimana kondisi Kanna.

"Kanna!" panggil Tristan.

Kanna menoleh ke belakang. Tristan berjalan berlari ke arah Kanna. Ia tahu perceraian kedua orang tua Kanna. Tristan tidak habis pikir dengan kedua otak mereka.

TENEBRIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang