BAB 56

458 25 1
                                    

"Cinta sewajarnya yang terluka bukan fisik melainkan hati."

***

Samuel berjalan memasuki rumahnya dengan wajah dingin dan tatapan tajam miliknya. Ia berjalan menghampiri Tama yang sedang membaca koran.

"Baru pulang?"

Samuel mengangguk walau Tama tidak melihatnya. "Ada hal yang pengen Samuel tanyain."

Tama meletakan korannya dan pokus memperhatikan Samuel. Ia menyuruh Samuel untuk duduk.

"Papah kapan kenal dengan Om Mahendra?" tanya Samuel.

Tama berpikir sejenak mengingat pertemuan pertama ia dan Mahendra. "Antara tiga tahun atau empat tahun lalu," jawab Tama. "Kenapa?"

Samuel berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan Tama. Keduanya sudah berteman sejak Lisa masih hidup. Lantas apakah Lisa tidak memberitahukan Tama jika Mahendra adalah masa lalunya?

Samuel menarik napas, lalu menghembuskannya perlahan. "Jangan terlalu percaya sama Om Mahendra."

Tama mengerutkan alisnya tidak paham. "Maksudnya?"

Samuel tidak menjawab pertanyaan dari Tama karena ini belum saatnya Tama mengetahui semuanya. Samuel berjanji akan membalas perbuatan Mahendra kepada Lisa, Mamahnya.

Samuel beranjak tanpa menjawab pertanyaan Tama. "Tunggu semuanya terungkap."

Samuel pergi dari hadapan Tama begitu saja. Tama hanya menatap kepergian Samuel dengan banyak pertanyaan dalam benaknya.

***

Samuel menatap atap kamarnya dengan perasaan lelah. Semua masalah yang selama ini mengikutinya sudah menemukan titik terang. Samuel tinggal mengungkapkan kebenaran yang ada.

Sudah empat tahun lamanya ia mencari kebenaran dari kematian Lisa. Samuel sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan membalas perbuatan orang yang sudah melenyapkan Lisa.

"Semuanya akan segera berakhir."

Samuel bangkit, lalu berjalan menghampiri nakas untuk mengambil surat yang Lisa titipkan padanya. Surat yang ditulis oleh Laras untuk menjebak Lisa.

"Selama ini gue salah menilai orang, apa yang terjadi ternyata bukan kesalahan Nenek," monolog Samuel sambil meremas surat itu.

Samuel kemudian merobek surat itu begitu saja. Segala permasalahan sudah hampir terselesaikan. Surat itu sudah tidak dibutuhkan lagi.

"Mah, selama ini Uel salah menilai Nenek," lirih Samuel. "Karena Nenek, Uel tau siapa pelaku yang udah buat Mamah meninggal."
Samuel mengambil foto Lisa semasa hidupnya yang tengah tersenyum bahagia. Satu-satunya foto Lisa yang Samuel punya.

Difoto itu Lisa terlihat bahagia dengan senyum manis miliknya. Matanya bersinar memancarkan kebahagiaan. Samuel dapat merasakannya.

Foto itu diambil ketika hari jadi Tama dan Lisa. Keduanya nampak bahagia dengan Lisa yang memakai dress putih selutut. Lisa terlihat bahagia mendapatkan kejutan kecil dari Tama.

Walaupun hubungan Tama dan Lisa tidak pernah berjalan dengan baik, namun Samuel tahu kedua orangtuanya saling mencintai satu sama lain. Samuel dapat merasakan cinta keduanya.

Ponsel Samuel bergetar sebagai tanda panggilan masuk. Nama Stevanie tertera di layar kaca ponselnya. Alis Samuel mengerut binggung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 03, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TENEBRIS Where stories live. Discover now