TUJUH BELAS

25.5K 1.7K 22
                                    

Sudah lebih dari satu jam Kania dan Bara berkeliling di mall. Pada akhirnya mereka memutuskan membeli parfum untuk hadiah ulang tahun Shena. Mereka tidak langsung pulang, Bara berniat mengajak Kania makan malam terlebih dahulu.

"Mau makan apa?" tanya Bara sambil melirik Kania yang berjalan di sampingnya. Cewek itu tampak bersemangat ketika memilih parfum untuk Shena, tetapi tak lama setelah itu semangatnya hilang tanpa jejak. Wajah yang tadinya menunjukkan senyum antusias kini kembali datar seakan tidak ada hal lain lagi yang mampu menarik perhatiannya.

"Terserah," jawab Kania. Sesaat setelah itu, matanya berbinar. Tanpa sadar ia membelok, memasuki salah satu store yang memajang banyak benda-benda lucu.

Bara mengernyit dan hanya mengikuti Kania dari belakang tanpa berkomentar. Ia memperhatikan Kania yang tampak mendapatkan semangatnya kembali.

Kania berhenti di depan ornamen 3D We Bare Bears. "Desain baru," gumam Kania sembari memperhatikan benda itu.

"Mau beli?"

Kania tersentak dan secara reflek menaruh kembali ornamen 3D itu ke tempatnya. "Enggak," jawabnya. Ia tidak menyadari bahwa wajahnya menunjukkan ekspresi tak rela yang begitu kentara sehingga Bara menyadarinya. "Gu-gue nggak tertarik. Niatnya mau beli untuk Lucy."

"Gue bukan temen-temen lo. Lo bisa jadi diri sendiri kalau lagi sama gue," ujar Bara dengan serius.

Kania terdiam mendengar perkataan Bara. Kalimat itu adalah kalimat yang dikatakan Reno sewaktu awal-awal mereka menjadi anak SMA. Dua cowok itu mengatakan hal yang sama, yang dengan sangat jelas Kania mengerti maksudnya.

"Jangan bicara seolah lo tau banyak tentang gue." Raut wajah Kania berubah dingin.

"Kalau masalah itu, gue emang tau. Lo merokok bareng temen-temen lo padahal sebenarnya lo benci rokok. Biar apa? Biar mereka nggak nganggep lo cupu, kan? Sekarang juga sama. Lo suka barang yang lucu kayak gitu, tapi lo nggak mau ngaku karena itu kekanakan dan nggak cocok sama imej yang selalu lo tunjukin selama ini. Gue bener, kan?"
Bara memajukan wajahnya, mengikis jarak antara wajahnya dengan wajah Kania. "Gue ngerti orang-orang kayak lo. Makanya gue cuma nyuruh lo jadi diri sendiri kalau lagi sama gue. Lakuin apa pun yang lo mau karena gue nggak pernah peduli sama imej Kania Yujian yang selalu lo tunjukin ke orang-orang."

Dengan pandangan yang mengarah ke lantai, Kania mendorong Bara menjauh. "Urus aja urusan lo sendiri." Kania melangkah melawati Bara, ia keluar dari store itu tanpa membeli apa pun, meski sebenarnya ia sangat ingin membeli ornamen 3D We Bare Bears desain terbaru. Lupakan saja, ia bisa menyuruh Reno membelinya nanti.

Selang beberapa menit, Bara menyusul Kania dengan membawa dua paper bag berwarna coklat di tangan kirinya. Tidak butuh waktu lama untuk menyetarakan langkah dengan Kania, dalam beberapa detik mereka kembali berjalan berdampingan. Ia memindahkan paper bag itu ke tangan kanannya lantas menggunakan tangan kirinya untuk menganggandeng tangan Kania.

Mata Kania melebar secara reflek ketika tangannya tiba-tiba digenggam Bara. Wajah terlihat sangat lucu saat ia terkejut, sayangnya Bara tidak memperhatikan hal itu karena pandangan cowok itu mengarah ke depan. "Lepas," pinta Kania yang tak digubris oleh Bara. "Budek, ya?"

"Nggak ada salahnya gandengan tangan sama pacar sendiri." Dengan senyum nakal yang menghiasi wajahnya, Bara justru semakin mempererat genggaman itu. "Gue laper, jalan yang cepet."

Kania tidak bisa berkata-kata dan hanya pasrah ketika Bara berjalan lebih cepat darinya dengan kedua tangan mereka yang saling bertautan. Ternyata tangan Bara jauh lebih hangat daripada tangan Reno. Mungkin inilah yang disebut genggaman tangan seorang playboy.

IDENTITY (END) Where stories live. Discover now