TIGA PULUH SEMBILAN

27.5K 1.7K 12
                                    

Di salah satu ruangan dalam gedung, Bara duduk sendirian sambil mengepul asap rokoknya. Jika dihitung satu jam sejak kepergian Kania bersama Reno, Bara sudah menghabiskan tiga batang rokok dan sekarang yang keempat. Memikirkan kejadian tadi sukses membuat Bara merasa frustrasi sampai kepalanya terasa pening.

Pintu ruangan dibuka oleh seseorang. Bara tidak tertarik untuk sekadar menoleh. Ia menjatuhkan puntung rokok keempatnya yang sudah pendek, lalu menginjaknya sampai api pada rokok padam. Ia mengesah pelan, mengambil botol minuman beralkohol di meja, lalu meneguk cairan dalam botol sebanyak tiga teguk.

Yuda hanya diam melihat bagaimana kacaunya penampilan temannya itu. Sepertinya itu botol alkohol kedua yang diambil Bara. Dia menarik kursi plastik yang ada di dekatnya, lalu duduk di sana sambil memperhatikan Bara. "Ada masalah apa lagi lo sama Kania?" tanya cowok itu, lalu menghidupkan sepuntung rokok untuk dinikmati.

Bara bukannya tidak mendengar apa yang ditanyakan Yuda, hanya saja ia terlalu malas untuk menjawab. Ia kembali mengambil botol alkohol, meneguknya tanpa memberikan tanda-tanda bahwa dia akan berhenti. Sampai akhirnya Yuda dengan cepat menghentikannya.

"Lo nyetir. Gue sama yang lain ogah nganter lo pulang kalau lo mabuk berat."

"Berisik." Bara mengambil paksa botol alkohol dari tangan Yuda. Tanpa memikirkan kata-kata Yuda, ia kembali meneguk alkohol beberapa kali sampai tandas.

"Oke. Dua botol aja untuk malam ini." Untuk mencegah Bara menghabiskan lebih dari dua botol malam ini, Yuda cepat-cepat menyingkirkan beberapa botol minuman beralkohol yang tersedia di atas meja. Cowok itu menaruh botol-botol itu di bawah meja.

"Kok lo ngatur?"

Yuda mengabaikan ucapan Bara. "Gue nggak pernah liat lo kacau karena cewek," ujar Yuda. Selama ini Bara memang tidak pernah menjadi sekacau ini karena alasan cewek. Biasanya Bara minum alkohol untuk senang-senang atau saat ada masalah lain—yang pastinya bukan soal cewek. Namun kali ini sungguh pemandangan baru. Seorang Bara Tangkasa menjadi kacau karena baru saja bertengkar dengan salah satu pacarnya. "Apa lo udah mulai jujur sama diri lo sendiri? Lo itu suka Kania. Keliatan banget. Dari cara lo natap dia aja udah beda."

Saat ini Bara sedang dalam kondisi setengah mabuk. Namun dia bisa sedikit mengerti apa yang dikatakan Yuda. Dia tidak tahu sudah seberapa besar perasaannya pada Kania karena selama ini ia sibuk mengelak. Percayalah, kalau bisa, lebih baik ia tidak menyukai Kania. Juga cewek mana pun.

"Lo inget apa yang gue bilang waktu itu? Gue nyuruh lo untuk putusin semua cewek lo dan bangun hubungan yang serius sama satu cewek. Lakuin sekarang sebelum semuanya terlambat."

Tapi sekarang sudah terlambat. Kania pasti sudah benar-benar muak dengannya sampai nekad melakukan hal gila seperti tadi demi bisa putus darinya.

"Coba lo pikir, deh. Kalau ternyata Kania juga suka sama lo, tapi lo masih aja mainin cewek, gimana perasaannya?" Yuda memikirkan kembali kata-katanya sambil meringis. "Kalau seandainya pun bener Kania suka sama lo, pasti dia juga sama kayak lo, sibuk ngelak perasaannya sendiri."

Bara mendengus. "Lo ngomong seolah lo kenal deket sama dia."

"Bukannya sok tau, tapi emang gampang ketebak. Sifat kalian itu hampir mirip," jelas Yuda.

"Hampir," tekan Bara.

Dalam situasi ini, Yuda memutuskan untuk mengalah. Ia tidak lagi bicara dan fokus menikmati rokoknya.

Bara terhanyut dalam pikirannya sendiri. Karena ucapan Yuda, dia jadi terus berandai-andai. Pasti akan sangat menyenangkan jika Kania juga menyukainya. Tapi mengingat apa yang telah ia lakukan, Bara tidak lagi berpikir itu menyenangkan. Karena jika seandainya Kania memang menyukainya, selain muak, Kania pasti juga sakit hati.

IDENTITY (END) Where stories live. Discover now