DELAPAN

34K 2K 17
                                    

Suasana di meja makan berlangsung dengan canggung. Meja makan yang biasanya diisi oleh empat orang, hari ini bertambah dua orang lagi. Reno dan Bara duduk saling berhadapan, dengan meja yang membatasi jarak mereka. Aura permusuhan antara keduanya begitu kental, bahkan Fara dan David bisa merasakannya. Namun mereka memilih tidak membicarakannya.

Fara melirik Bara dan Reno bergiliran, apa pun masalah antara mereka berdua, mereka membuat tiap orang merasa tidak nyaman. Berdeham, ia akhirnya membuka suara. "Jadi, udah berapa lama kalian pacaran?" Pertanyaan itu ditunjukkan untuk Kania dan Bara, namun semuanya salah paham sebab Fara malah menatap Bara dan Reno.

"Tante nanya Bara sama Reno atau Bara sama Kania nih?" Reno bertanya, memecah situasi yang mendadak canggung.

Sadar akan situasi canggung yang ia ciptakan, Fara tertawa pelan sambil menggeleng. Suara tawanya terdengar lembut, penampilan anggunnya membuat ia dua kali lebih cantik ketika wajah penuh tawa itu ditunjukkan di permukaan.

"Jelas Tante nanya ke Bara sama Kania. Nggak lucu kalau Tante nanya kamu sama Bara," ucap Fara, perlahan menghentikkan tawanya.

Tepat setelah suara tawa Fara mereda, suasana di meja makan itu berubah hening. Ada jeda sebelum Bara membuka bibirnya untuk menjawab. "Belum lama ini." Bara melirik Kania sekilas, lantas matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Lucy. Namun, ia tidak mau repot untuk menatap bocah itu lebih lama. "Dari dua hari yang lalu," lanjut Bara.

David, yang sedari tadi diam, kini mulai bergabung dalam obrolan. Pria itu menatap Bara dengan sungguh-sungguh. "Apa alasan kamu pacaran sama Kania?" tanya David. Aura seorang ayah begitu kental pada dirinya.

Bara agak tidak nyaman dengan pertanyaan itu. Selain rasa tidak nyaman, ia juga bingung. Bahkan sangat! Apa yang harus dia jawab? 'Karena hanya ingin bersenang-senang?' Jika Bara benar-benar menjawab demikian, sudah dipastikan ketika ia melewati gerbang, tubuhnya tidak utuh lagi.

Reno menatap Bara, senyum licik samar ia perlihatkan. Pertunjukkan apa yang lebih menarik dari ini? Bahkan jika ada sepuluh orang penari wanita bertubuh seksi yang menari di depannya, ini tetap jauh lebih menarik.

Kania dan Lucy menikmati sarapan mereka dalam diam, namun telinga mereka tetap aktif mendengarkan dengan tajam.

Bara tersenyum kikuk dan menjawab. "Karena... karena saya suka?" Itu adalah omong kosong, tetapi itu adalah satu-satunya jawaban yang ada dipikirannya.

David masih terlihat serius. Ia diam dalam waktu yang lama, begitu pula dengan Fara. Akhirnya, diamnya mereka berdua berakhir ketika David membuka bibirnya kembali. "Apa alasan kamu suka sama Kania? Kamu pasti tau sikap buruk Kania di sekolah." David melirik Kania, kata-katanya memang sengaja menyindir keras sang anak.

Bara tidak langsung menjawab, melainkan dia terdiam untuk beberapa detik. Namun pada akhirnya Bara tidak menjawab pertanyaan itu dan hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Menyadari Bara kebingungan, David memilih menghentikan pembicaraannya.

"Aku udah selesai sarapan," celetuk lalu berjalan mengambil ranselnya di sofa depan.

Seusai sarapan di pagi itu, Bara dan Reno segera bergegas berangkat ke sekolah. Kania yang sedari tadi menunggu di sofa depan segera bangkit dan menghampiri kedua cowok itu. Yang membuatnya terkejut adalah, tepat ketika ia berdiri diantara kedua cowok itu, mereka secara kompak mengulurkan tangan, menyerahkan paper bag yang dibawa masing-masing.

Fara tersenyum penuh arti ketika melihat adegan yang persis seperti senetron di televisi tentang cinta segitiga. Yang menyenangkan adalah, anaknyalah yang menjadi tokoh utama yang diperebutkan. Itu terlihat menggemaskan dan membuat ia teringat masa muda.

IDENTITY (END) Where stories live. Discover now