EMPAT PULUH ENAM

29.1K 1.7K 13
                                    

Bara dan Kania berjalan bersama menuju ruang makan. Sebelum itu Kania merapikan rambutnya yang berantakan. Sesampainya di meja makan, Shena menyambut mereka berdua dengan senyuman. Kemudian wanita itu memanggil salah satu asisten rumah tangga. "Bi, tolong panggilin Adan, ya," pintanya.

Adan adalah anak dari salah satu sepupu Bara, yang berarti Adan adalah keponakan Bara. Orang tua Adan menitipkannya di sini untuk beberapa hari karena ada urusan mendesak di luar kota.

Asisten rumah tangga itu bergegas ke kamar Adan dan tak lama kemudian ia kembali bersama seorang bocah laki-laki yang ia gendong di punggungnya.

Adan turun dari punggung asisten rumah tangga itu dan langsung berlari kecil ke salah satu kursi yang ada di seberang Kania. Bocah laki-laki berumur enam tahun itu naik ke kursi dengan bersusah payah, namun setelah ia berhasil naik, senyumnya mengembang sampai matanya tak terlihat. Bocah itu cukup menggemaskan.

"Keponakan gue," celetuk Bara dengan suara pelan.

Kania membentuk bibirnya menjadi bentuk huruf O, lalu mengangguk paham.

"Adan, kenalin yang cantik itu namanya Kakak Kania," ucap Shena memperkenalkan Kania.

"Halo, Kak Nia!" sapa Adan tanpa menghilangkan senyumannya.

Kania tersenyum dan dengan agak canggung membalas sapaan itu, "Halo, Adan."

"Panggilnya Aunty dong, masak Kakak," ucap Bara, tidak terima Kania dipanggil dengan sebutan Kak Nia.

"Biarin, Kak Nia masih muda, kalau Om Bara udah tua," balas Adan.

"Dibilangin jangan panggil Om. Panggil Kakak."

"Om."

"Kakak."

"Om!"

Pada akhirnya Bara-lah yang harus mengalah. Jika tidak, maka perdebatan itu tidak akan ada akhirnya.

Adan menunjukkan senyum bangga karena berhasil menang. Dia menjulurkan lidahnya untuk mengejek Bara. Kemudian ia menoleh ke Kania. "Kak Nia digigit nyamuk raksasa, ya? Adan juga tadi digigit nyamuk, tapi yang kecil." Adan menunjukkan lengannya yang sedikit merah karena digigit nyamuk. "Kalau yang dileher Kak Nia besar. Pasti nyamuknya sebesar ini." Ia membentuk sebuah lingkaran besan dengan kedua tangannya.

"Hah?" Kania reflek menyentuh lehernya bingung, begitu pun dengan Bara dan Shena. Namun ketika Kania sadar dengan apa yang dikira Adan sebagai bekas gigitan nyamuk, Kania menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah. Sesaat setelah itu, ia langsung mengatur rambutnya ke depan untuk menutupi lehernya.

Bara tertawa kecil, lalu melihat Adan yang tengah memandang Kania dengan wajah polos. "Bukan nyamuk, itu digigit manusia," jelas Bara santai.

Spontan Kania memukul paha Bara dan melotot pada cowok itu. "Udah gila ya lo?" bisiknya pelan. Kania tidak habis pikir, bagaimana bisa Bara bicara hal itu pada anak berusia enam tahun.

"Kan gue yang gigit. Gue manusia. Berarti nggak salah ngomong dong gue?" Bara melihat tangan Kania bergerak hendak memukul pahanya lagi, namun dengan cepat ia menangkap tangan cewek itu, lantas ia menggenggamnya.

Kania mendelik. Ia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman itu.

"Kalian ngapain aja tadi?" Suara Shena mengalihkan perhatian Bara dan Kania. Shena menatap dua sejoli itu dengan tangan bersedekap di bawah dada.

"Ciuman," jawab Bara santai. Dia bahkan menunjukkan wajah tanpa ekspresi

Kania yang sudah panik dengan pertanyaan Shena semakin dibuat panik mendengar jawaban Bara.

IDENTITY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang