DUA PULUH DUA

25.8K 1.8K 51
                                    

Hari-hari berlalu sampai pada hari pertama turnamen basket diadakan. Selama itu, hubungan Kania dan Bara masih terjalin, mungkin kurang lebih sudah sekitar tiga minggu. Ah, entahlah... baik Kania atau pun Bara sama-sama tidak mau merepotkan diri menghitung sesuatu yang tidak penting semacam itu. Hubungan mereka dibiarkan mengalir seperti air sungai.

Selama itu pula, Bara lebih sering bertemu dengan Kania dibanding dengan pacarnya yang lain. Pada saat David dan Fara kembali, Bara sering datang ke rumah Kania dan mengobrol dengan orang tuanya sehingga tidak ada lagi kecanggungan diantara mereka. Jika ditanya alasan mengapa ia lebih sering menemui Kania dibanding pacarnya yang lain, Bara akan menggeleng atau mengangkat bahunya, karena dia sendiri pun tidak tahu alasannya. Dia tidak memiliki alasan yang bisa ia ungkapkan secara lisan.

Sementara itu, Kania merasa seperti seorang selir yang saat ini menjadi kesayangan raja. Oke, perumpamaan itu terlalu memuakan. Tetapi dia benar-benar merasa seperti itu.

Saat ini Kania berada di halaman depan gedung utama SMA Venus bersama teman-temannya. Ada banyak cewek lain yang juga berada di sana. Sebagian dari cewek-cewek itu sibuk tebar pesona untuk menarik perhatian siswa SMA lain, terutama anggota tim basket putra. Siapa tahu ada yang nyantol.

Turnamen ini diikuti 22 tim dari 14 sekolah, meliputi 14 tim putra dan 8 tim putri. Tim basket putra dan putri SMA Venus bertanding di hari pertama, sedangkan SMA Dirpan di hari kedua. Sebab itu Bara dan timnya saat ini tengah sibuk melempar semangat untuk tim yang bertanding hari ini.

Untuk para supporter, hanya supporter dari tim yang bertanding hari ini saja yang datang. Jumlah supporter dibatasi, tetapi tetap saja jumlah mereka terhitung banyak.

"Itu tuh yang yang namanya Bara."

"Ganteng, anjrit!"

"Ohhh, pacarnya Kania Yujian, kan?"

"Serius? Kok gue baru tau?"

"Tinggal di goa sih lo, makanya kudet."

"Mantannya Kak Sasa alumni SMA Venus, kan?"

"Lho, bukannya mantannya si Tina?"

Bisik demi bisik tertangkap indera pendengaran Kania, juga teman-temannya. "Gimana perasaan lo waktu denger mereka ngomongin cowok lo?" tanya Erna sambil menyodorkan kepalan tangan ke depan mulut Kania, seolah ia sedang memegang sebuah mikrofon.

"Biasa aja," sahut Kania dengan acuh tak acuh, lantas ia mengalihkan pandangannya ke arah cowok yang berdiri beberapa meter dari posisinya saat ini. Tidak disangka, cowok itu malah menoleh, menatapnya balik.

"Widih, bisa telepati tuh mereka berdua. Baru di tatap sebentar si Bara langsung noleh," goda Alin setelah ia memperhatikan dua sejoli itu.

Kania mengabaikan celetukan Alin, kemudian memutus aksi saling tatap itu dengan mengalihkan pandangan ke arah lain. Tetapi tak ia sangka, beberapa detik setelah itu, Bara berjalan ke arahnya dan membuat orang-orang berbisik membicarakan mereka. Cowok itu meraih tangannya ketika sampai di depannya.

"Kania sama gue dulu, ya," ujar Bara. Tanpa menunggu jawaban dari teman-teman Kania, ia langsung menarik Kania menjauhi mereka. Cowok itu membawa Kania ke perkumpulan teman-temannya.

"Hai Kania, masih inget gue nggak?" tanya Reval seraya menampilkan senyum lebar yang memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

Kania mengangguk.

"Kayaknya gue famous banget di SMA Venus, dari tadi pada ngomongin gue mulu," celetuk Bara. Sedari tadi ia sadar para siswa-siswi SMA Venus membicarakannya dan bahkan menatapnya secara terang-terangan. Tetapi, perhatian semacam ini sudah biasa baginya, jadi ia bisa mengabaikan semua itu.

IDENTITY (END) Where stories live. Discover now