TIGA PULUH EMPAT

25.8K 1.7K 20
                                    

Puncak perayaan HUT SMA Venus jatuh pada hari minggu. Dari pagi siswa-siswi SMA Venus—terutama para OSIS dan MPK—sibuk mempersiapkan acara nanti malam. Nanti malam akan ada penampilan dari dua band SMA Venus, pertunjukkan piano dari beberapa murid, pertunjukkan menari, dan banyak lagi penampilan lainnya. Acara malam ini akan dihadiri tim basket yang berpartisipasi dalam turnamen, para supporter, juga tentunya murid SMA Venus sendiri.

Hingga tiba malam harinya, SMA Venus sangat ramai, semua orang menikmati jalannya acara—sejauh ini baru memasuki tahap pembukaan yang diisi dengan tarian tradisional. Tempat acara berlangsung bukan di aula, melainkan di halaman depan agar para penonton lebih leluasa melihat pertunjukkan tanpa perlu berdesak-desakan dalam aula yang luasnya tidak bisa dibandingkan dengan halaman depan.

Kania dan teman-temannya tidak berada di tempat dilangsungkannya acara. Mereka tidak tertarik menonton pertunjukkan dan lebih memilih diam di dekat lapangan outdoor sambil menikmati api unggun yang iseng dibuat oleh beberapa murid laki-laki SMA Venus. Bukan hanya sakadar menikmati api unggun di tengah dinginnya angin malam, ada hiburan kecil dari beberap murid SMA lain dengan gitar mereka. Bernyanyi bersama dan membuat suasana layaknya sedang bercamping.

Berjarak kurang dari lima belas meter, ada Adeline yang tengah memperhatikan enam orang cewek itu. Tetapi sebenarnya dia lebih fokus hanya pada satu orang, yang tidak lain adalah Kania Yujian. Berkali-kali ia memeriksa ponselnya, dan sesekali mengumpat karena kesal.

Adelshm : Udah lo siapin, kan?

RionAr : Beres. Lo tinggal cari cara ngajak dia ke belakang sekolah

Adelshm : Gimana caranya?

RionAr : Ngotak sedikit bisa kali

Adelshm : Pokoknya aman, kan? Kalau gue ke sana juga, gue nggak bakal diapa-apain, kan?

RionAr : Santai. Mahal tuh preman. Mereka tau kalau lo bosnya.

Adeline bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Kania sambil memikirkan rencananya baik-baik. Pertama-tama ia harus mengajak Kania ke belakang SMA Venus. Kemudian rencana untuk menghancurkan Kania akan berjalan lancar!

"Hai, Ka, udah lama banget kita nggak ngobrol, ya?" Adeline berjojongkok di depan Kania yang kini duduk sambil memeluk lutut. Dia bersikap seolah mereka adalah teman yang sudah lama tidak mengobrol berdua.

Kania hanya melirik sekilas, lalu kembali memperhatikan api unggun yang berkobar belasan meter di depannya. Maaf, tapi saat ini ia tidak memiliki waktu luang untuk meladeni Adeline.

"Makin sombong, ya, lo?" Adeline tertawa kecil, mencoba sabar demi kelancaran rencananya. "Gue mau ngomong sama lo. Tentang Bara." Dia sengaja menekan dua kata terakhirnya.

"Nggak ada urusannya sama gue," balas Kania tanpa menatap Adeline.

"Oh? Jangan bilang lo udah putus?" Seringaiannya terbit. "Nggak sih, kayaknya, iya kan?"

"Seru banget ya, ngurusin hidup orang?"

Lagi-lagi Adeline tertawa. "Banget! Tapi serius deh, sekali ini doang, gue cuma ngomong sebentar aja. Setelah itu gue jamin, gue nggak akan ganggu hidup lo lagi.

Kania tetap tidak bergeming.

"Emangnya mau ngomongin tentang apa, sih?" celetuk Alci, penasaran dengan apa yang akan Adeline bicarakan tetang Bara.

Adeline nampak enggan menjawab, karena yang bertanya bukan Kania, melainkan orang yang sama sekali tidak penting dalan rencananya, namun dia tetap menjawab demi menarik perhatian Kania. "Gue denger-denger, temennya Kania, Reno, lagi deket sama Chesa anak SMA Angkasa, iya kan?" Adeline memandang Kania, sudut bibirnya tertarik ke atas lantaran berhasil membuat Kania menunjukkan reaksi kecil. "Dia lagi ada something sama Bara."

IDENTITY (END) Where stories live. Discover now