LIMA PULUH SEMBILAN

30.4K 1.7K 2
                                    

Hanya menatap tumpukan buku yang harus dipelajarinya untuk ujian mendatang sudah membuat Bara merasa mual. Ada banyak pelajaran yang tertinggal, dan sekarang Bara harus mempelajarinya dengan singkat. Meski demikian, ia masih memiliki kepercayaan diri bisa lulus dengan nilai yang lumayan memuaskan.

Dua bulan sudah berlalu. Hingga saat ini Bara mempertahankan egonya, ia tidak pernah menemui Kania dan bicara untuk memperbaiki hubungan mereka yang kini dalam status tidak jelas. Awalnya Bara baik-baik saja dan merasa tidak akan menyesal mempertahankan egonya, namun lama-lama ia mulai merasa takut dan resah.

Suara ketukan pintu mengalihkan pikiran Bara. Tak lama, pintu kamar yang tak terkunci itu dibuka oleh seseorang dari luar. Ibunya melangkah masuk dan duduk di tepi ranjang, tepat di samping meja belajarnya.

Selama dua bulan ini, ibu dan ayahnya memutuskan untuk bercerai. Shena mengalami masa-masa sulit di satu bulan pertama, namun kini ia baik-baik saja, malah terlihat lebih bahagia. Selama proses perceraian berlangsung, Bara tinggal di rumah kakek dari pihak ibu. Sejatinya ia lebih nyaman tinggal di rumah ini daripada di rumah pria bajingan itu.

"Kenapa?" tanya Bara tanpa melihat Shena. Dia terus membaca rentetan kalimat yang ada di buku, namun apa yang ia baca tidak berhasil diserap otaknya.

"Mama cuma minta waktu lima menit." Shena menaruh kaki kananya di atas paha kiri. "Kamu sama Kania udah putus?" tanya Shena. Pasalnya, selama dua bulan ini nama Kania tidak pernah terdengar lagi. Gadis yang sudah diidam-idamkannya menjadi calon menantu itu tidak kunjung menampakkan batang hidungnya hingga kini.

Bara akhirnya benar-benar kehilangan fokusnya untuk membaca. Dia mengesah jengkel dan memutar kursinya menghadap Shena. "Aku sama Kania lagi ada masalah."

"Masalah apa? Berarti belum putus, kan?"

"Belum." Bara menatap pupil mata Shena, berusaha membaca suasana hati ibunya lewat mata. Keraguan sempat terbesit di hatinya, namun ia berpikir bahwa ibunya harus tahu soal hubungan Kania dengan selingkuhan ayahnya. "Ma, kalau Kania punya hubungan sama selingkuhannya Papa, Mama bakal gimana?"

"Gimana apanya?"

"Reaksinya."

Shena membalas tatapan Bara. "Jadi, Kania punya hubungan sama selingkuhannya orang itu?"

Bara tidak menjawab, namun tatapannya mengungkapkan segalanya.

"Hubungannya apa dulu?"

Bara tidak langsung menjawab, ia terdiam sejenak selama beberapa detik. "Selingkuhannya 'orang itu' mama kandungnya Kania," jawab Bara pelan. Dia ikut memanggil Jordan dengan sebutan 'orang itu'.

Mendengar itu jelas saja membuat Shena terkejut. Tapi fakta bahwa Kania bukan anak kandung dari orang tuanya yang sekarang sama sekali tidak dipedulikannya. Ia hanya fokus pada hubungan Kania dengan selingkuhan Jordan. "Kamu tau tentang ini dari kapan?" tanya Shena.

Bara memperhatikan raut wajah Shena, takut bila Shena menjadi kacau lagi karena mengingat soal kehancuran rumah tangga yang sempat bertahan selama sembilan belas tahun. Bara menemukan ketertarikan Shena pada pembahasan soal hubungan Kania dan selingkuhan Jordan. Namun ia juga melihat sedikit kesedihan dalam raut wajah ibunya itu. Karena itu, Bara jadi semakin ragu untuk melanjutkan pembahasan.

"Udah dari dua bulan yang lalu." Suara Bara lebih pelan dari sebelumnya.

Shena mengerti mengapa Bara tidak memberitahunya sebelumnya. Putranya itu khawatir dengan kondisinya. Meski ada sedikit kesedihan yang tersisa, namun sekarang ia baik-baik saja.

"Jadi, kamu sama Kania bertengkar karena ini? Apa kamu nyalahin Kania karena dia anak dari selingkuhannya orang itu?" Shena mencoba menebak pikiran putranya.

IDENTITY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang