EMPAT PULUH DELAPAN

26.1K 1.6K 3
                                    

Keheningan menyerang ketiga remaja itu. Keheningan tersebut berlangsung cukup lama. Padahal sebetulnya, baik Bara maupun Hana ingin bertanya mengenai apa saja yang terjadi di rumah Ratih tadi. Karena sejak meninggalkan rumah itu Kania terlihat murung.

Kania tenggelam dalam lautan pikirannya sendiri. Begitu sadar kemurungannya membuat suasana mobil menjadi hening, Kania segera berdeham untuk memecahkan keheningan tersebut. "Mau makan dulu? Gue laper," ucap Kania.

Bara mengangguk tanpa mengatakan apa-apa.

"Maaf, gue ada les, nih. Lo berdua aja, ya. Bar, nanti turunin gue di depan minimarket, ya?" Selain ada jadwal les, Hana juga ogah ikut makan bersama Kania dan Bara. Sangat tidak menyenangkan menjadi nyamuk.

"Oke."

Minimarket yang dimaksud Hana tidak terlalu jauh dari posisi mereka saat ini, sehingga tidak memakan banyak waktu untuk sampai ke sana. Begitu sampai, Bara segera menepikan mobilnya.

"Thanks, ya. Selamat berdua-duaan!" goda Hana sebelum turun dari mobil.

Mendengar itu Bara mendengus sambil melirik Kania. "Mau makan di mana?" tanya Bara.

"Yang deket sini aja," jawab Kania.

Bara mengangguk. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan lambat sambil melihat-lihat tempat makan di sepanjang jalan. "Di situ mau?" Bara menunjuk sebuah restoran yang berjarak beberapa meter di depan.

Kania mengangguk setuju.

Bara langsung menepikan mobilnya begitu sampai di restoran yang dimaksud. Setelah memarkirkan mobilnya di area parkir, Bara dan Kania turun bersama dan masuk ke dalam restoran. Restoran tersebut tidak terlalu ramai, cukup membuat Kania merasa nyaman.

Setelah memesan makanan, Kania mengeluarkan ponselnya yang sedari tadi berbunyi, pertanda ada pesan masuk. Pengirim pesan itu tak lain adalah Reno.

Reno : dmn lo?

KaniaYujian : di restoran xxx

Tak lama Reno membalas pesannya.

Reno : sama temen lo?!

KaniaYujian : bukannn
KaniaYujian : sama Bara

Reno : ohhh
Reno : bawain martabak keju dong
Reno : belinya di mas-mas yang jualan di sebelah dagang bakso itu. tau kan?

Kania mendengus jengkel, lalu kembali membalas.

KaniaYujian : ya

Kania menatap Bara yang duduk di hadapannya. "Pulangnya mampir beli martabak dulu, ya? Reno nitip."

Bara mengangguk.

Bara memperhatikan Kania sejenak. Pandangan matanya jatuh pada plaster luka yang menempel di leher cewek itu. Bara mendengus, lalu sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. Ia mengulurkan tangannya dan melepas plaster luka yang menutupi kissmark yang ia buat kemarin.

"Harusnya gue buat yang banyak biar nggak bisa lo tutupin."

Kania secara reflek menyentuh lehernya.

"Gimana kalau nanti gue buat lagi?" godanya.

Kania menggeleng cepat sambil tersenyum manis sampai matanya melengkung seperti bulan sabit. "Nggak usah," jawabnya.

Bara hanya bisa tertawa menanggapi respon Kania. Kalau sekarang mereka sedang tidak berada di tempat umum, mungkin ia sudah mencium pipi cewek itu saking gemasnya.

IDENTITY (END) Where stories live. Discover now