LIMA PULUH

28.6K 1.6K 16
                                    

Sepulangnya dari supermarket, Kania langsung menuju dapur rumah Bara dan membuat dessert bersama Shena. Karena sudah menjelang malam, Shena meminta Kania untuk makan malam bersama. Mereka pun memutuskan untuk membuat makan malam, dibantu oleh salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di sana.

Di saat Kania dan Shena tengah memasak, Bara sibuk bermain dengan Adan di kamarnya. Tentu saja waktu mereka lebih banyak dihabiskan untuk adu mulut. Hingga sampai pada waktu makan malam tiba, semuanya berkumpul di meja makan.

Hanya ada empat orang, Kania tidak tahu sesibuk apa ayah Bara sehingga tidak terlihat batang hidungnya malam ini. Tapi itu sama sekali tidak penting. Yang penting sekarang adalah masakannya disukai oleh orang-orang ini.

"Gimana, Bar? Enak, kan, masakan Kania?" Shena memperhatikan Bara dari cowok itu mengambil sendok sampai memasukan makanan ke mulut. Matanya berbinar, mengharapkan respon positif dari Bara.

"Hm."

"Kok hm doang? Gimana? Enak, kan?"

"Enak, Ma, enak."

"Puji Kania dong. Sebagian besar makanannya Kania yang buat."

Bara menghembuskan napas pasrah sebelum menengok ke samping, menatap Kania yang duduk di sampingnya. "Masakan lo enak," puji Bara. Ah, dia bukan orang yang pandai memuji.

Kania tersenyum bangga dan bergumam, "iya dong."

"Kak Nia!" Panggil Adan, setelah Kania menoleh padanya, ia mengacungkan kedua ibu jarinya. "Enak!"

Kania senang karena Shena, Bara, dan Adan menyukai masakannya.

"Aduh, belum pada habis kan makanannya?" Seorang pria yang mengenakan pakaian formal melangkah memasuki ruang makan. Dia adalah Jordan, ayah Bara yang super sibuk.

Kania mengerutkan keningnya, sekali lagi ia merasa familiar dengan Jordan. Kania yakin bahwa ia pernah bertemu Jordan jauh sebelum pertemuan mereka di pesta ulang tahun Shena. Tapi Kania tidak ingat dimana dan kapan kiranya mereka bertemu.

Jordan duduk di sebelah Shena, berada tepat di seberang Kania. Ketika melihat Kania, Jordan juga merasa wajah Kania familiar.

"Ganti baju dulu," ucap Shena lembut.

Jordan tersenyum. "Nanti aja, udah laper, nih." Kemudian pria itu kembali memperhatikan Kania, meneliti tiap inci wajah pacar Bara itu.

Bara sadar ayahnya menatap Kania terus-menerus, hal itu membuatnya sedikit terganggu. Dia mengalihkan tatapannya ke Kania, dan Kania sesekali mencuri-curi pandang ke arah Jordan. Bara yakin ada sesuatu, namun yang membuatnya kesal ia tidak tahu apa itu.

"Mas, ini yang masak Kania, lho, enak kan?" tanya Shena pada Jordan.

Jordan tersadar bahwa ia menatap Kania dengan intens. Ia sedikit gelagapan sebelum menjawab sambil tersenyum, "Iya, enak." Jordan berdeham dan kembali menatap Kania, tapi kali ini dengan tatapan yang wajar. "Kamu yang dibawa Bara dateng ke acara ulang tahun istri saya, kan?" tanya Jordan, basa-basi.

"Iya, Om."

"Kamu sama Bara seumuran?"

Kania mengangguk. Jujur, ia merasa tidak nyaman mengobrol dengan Jordan. Apalagi saat dirinya ingin fokus pada makanannya. Jordan sangat mengganggu. Namun Kania tidak mungkin mengungkapkan betapa tidak nyamannya dia. Kania hanya bisa menjawab apa pun yang ditanyakan Jordan sambil tersenyum.

"Habis lulus rencananya mau ngapain?" tanya Jordan lagi.

"Mau lanjut kuliah, Om."

"Di mana?"

IDENTITY (END) Where stories live. Discover now