SEPULUH

31.1K 2K 3
                                    

"Yey, pulang!" pekik Alci tepat setelah bel pulang berbunyi. Buku sejarah di depannya ditutup dengan kasar. Ia berdiri dengan semangat, menggeser kursi yang tadi didudukinya.

Selena melakukan hal yang sama, lantas ia memandang teman-temannya yang masih sibuk berkutat dengan buku-buku yang luar biasa tebalnya. "Kumpulnya besok aja. Asal dikumpul, Pak Ardi nggak akan marah," ujar Selena.

"Nanggung, lagi satu kalimat doang selesai, kok," Lidya menyahut, bola matanya bergerak bergantian ke arah buku sejarah dan buku tulisnya.

Alin melirik buku tulis Lidya. "Satu kalimat apaan? Yang disalin sampai halaman 183, lo baru halaman 168."

"Ah? Oh shit!"

Sekarang mereka berada di perpustakaan. Sebagai hukuman atas laporan Hana dan Ratih, Pak Ardi menyuruh mereka menyalin materi dari buku sejarah yang diambil dari perpustakaan. Hukuman ini masih tergolong ringan, namun sedari tadi mereka tak henti-hentinya mengeluh. Satu-satunya orang yang menyalin dengan tenang hanya Kania. Selama beberapa jam ini, satu kata pun tak pernah keluar dari bibir tipisnya.

Alin, Lidya, dan Erna sudah menyerah dan menaruh pulpen serta menutup buku mereka. Yang masih sibuk menyalin hanya Kania.

Selena memutar bola matanya dengan malas, tangannya meraih lengan kiri Kania. "Ayo dong, Ka. Lanjut besok aja atau nanti kalau udah sampai rumah. Sekarang kan kita mau nongki," rengek Selena, terus-menerus menarik lengan Kania.

Pada akhirnya, Kania menuruti rengekan Selena dan menaruh pulpen serta menutup bukunya. Suara notifikasi pesan yang terdengar dari ponselnya membuat ia mengalihkan perhatiannya. Kania meraih benda pipih itu lantas mengecek isi pesan yang dikirim dari kontak yang tidak tersimpan.

087669xxxxxx : Gue jemput.

Bola mata Kania memutar dengan malas. Ia mendongak dan menatap Selena. "Bara jemput gue." Kania menunjukkan isi pesan itu pada Selena.

Selena mendengus dengan raut sinis. "Emang lo nggak bisa nolak?"

Jari-jari Kania mengetik balasan untuk pesan Bara.

KaniaYujian : Nggak usah. Hari ini gue mau hangout bareng temen.

Selang beberapa detik, Bara membalas pesannya. Kania lantas menjukkan kembali pada Selena.

087669xxxxxx : Gue udh jalan.

"Mau gue tolak kayak gimana pun, dia akan tetep jalan," ujar Kania.

"Sumpah deh! Kenapa sih lo mau pacaran sama dia?!" kesal Selena lantas beranjak pergi tanpa berniat memulai perdebatan.

Lidya, Alin dan Erna mengikuti langkah Selena. Sementara itu, Alci terkekeh pelan dan berjalan menghampiri Kania. "Selena lagi PMS tuh, makanya sensi." Alci merangkul Kania lalu berjalan bersama keluar perpustakaan.

****

Di depan gerbang SMA Venus, Bara menunggu Kania di atas motornya. Cowok itu tengah sibuk memainkan ponselnya, mengabaikan tatapan orang-orang yang mengarah padanya.

Tak lama kemudian Kania datang seorang diri. Terdapat lipatan di keningnya, di pelipisnya mengalir bulir-bulir keringat akibat dari panas terik matahari. Seraya berjalan, Kania melindungi wajahnya dengan telapak tangan. Langkah kakinya berhenti ketika berada tepat di samping motor Bara.

"Lain kali jemput di belakang sekolah aja," ucap Kania.

Bara mengalihkan perhatiannya dari ponsel ke wajah Kania. "Ngarep banget gue jemput."

IDENTITY (END) Where stories live. Discover now