DELAPAN BELAS

25.4K 1.7K 58
                                    

Kania duduk termenung di ranjangnya. Sedikit menyesali tindakannya beberapa jam yang lalu di parkiran mal. Seharusnya ia tidak boleh menunjukkan sisi lemahnya pada Bara. Mengingat kembali kejadian itu, pipi Kania memerah karena malu. Kakinya beberapa kali menendang-nendang selimut hingga selimut itu jatuh ke lantai. "Ngapain juga gue nangis depan dia." Kania membaringkan tubuhnya, menutup wajah merahnya dengan bantal. Seperkian detik setelahnya, cewek itu kembali duduk. Ia teringat dengan ornamen 3D yang diberikan Bara untuknya. Benda lucu itu tertinggal di mobil Bara!

Kania meraih ponselnya yang berada di atas nakas sebelah ranjangnya. Dengan segera ia menghubungi Bara. Setelah beberapa detik menunggu, sambungan telpon terhubung. "Hallo?" Kania mengatakan kata pembuka itu dengan agak canggung.

Di sisi lain, Bara menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut. Dengan posisi tengkurap, ia menerima telpon dari Kania. "Kenapa?" tanya Bara.

"Gue ... hmm, barang yang lo kasih ketinggalan di mobil. Be-besok bisa bawain? Sekalian bawa ransel gue yang waktu itu." Suara Kania terdengar gugup, dan Bara menyadarinya.

"Besok temenin gue latihan basket, mumpung hari minggu. Jam setengah tiga sore gue jemput."

"Oke."

Bara sedikit tidak menyangka Kania setuju dengan mudah. Biasanya, jika cewek itu keberatan, dia tidak akan menjawab atau mungkin hanya berdeham dengan tidak niat. Itu perkembangan yang bagus, setidaknya sedikit lagi Kania mungkin akan takluk.

"Bara." Di seberang sana Kania menggigit bibir bawahnya sambil memeluk bantal dengan erat. "Lupain kejadian di parkiran mal tadi. Gue nggak mau lo inget soal itu."

Sudah Bara duga cewek itu akan mengatakan hal ini. Dia mulai memahami Kania. Cewek itu terlalu takut orang-orang menganggapnya lemah. Karenanya, Bara hanya menjawab dengan acuh tak acuh, "Oke."

Seseorang memeluk punggung Bara dengan tubuh yang juga telanjang. Cewek itu menggigit dan menjilat telinga Bara dengan maksud menggoda. "Ayo lagi," bisik cewek yang tak lain adalah Amel.

Bara menunjukkan seringaian di wajahnya. Dia segera memutus sambungan telpon secara sepihak lantas membalikkan tubuhnya. Bagian depan tubuh mereka saling menempel. Tangan Bara menekan tengkuk Amel sehingga bibir mereka bertemu. Tiap-tiap lumatan dilakukan dengan penuh gairah. Baik Bara maupun Amel sama-sama menikmati ciuman panas mereka.

***

Seperti biasa aktivitasnya di hari minggu, Kania menghabiskan paginya bersama Reno untuk pergi ke gym. Itu adalah kegiatan rutin yang dilakukannya beberapa tahun terakhir. Tentu itu dilakukan untuk mendapatkan bodi yang indah dan juga untuk kebugaran.

Pada sore harinya biasanya Kania habiskan untuk tidur atau nongkrong bersama teman-temannya. Namun, berbeda untuk sore di hari minggu ini, sesuai janji yang sudah dibuat lewat telpon tadi malam, Kania akan menemani Bara latihan basket di SMA Dirpan. Sejujurnya, ia menyetujui hal itu dengan cepat karena hanya ingin mengambil ornamen 3D yang tertinggal di mobil Bara, juga ransel hitam mahalnya yang sampai sekarang belum kembali ke tangannya.

Kania mengenakan kaus rajut lengan pendek berwarna pastel yang sedikit memperlihatkan bagian perutnya yang rata, dan denim shorts sebagai bawahan. Ia memakai sneakers berwana putih, serta tak lupa slingbag hitam yang menjadi salah satu slingbag favoritnya. Dengan rambut yang diikat ekor kuda, Kania berhasil membuat penampilan santainya memukau dengan memamerkan leher jenjangnya.

Setelah selesai dengan penampilannya, Kania berjalan keluar kamar dan berniat menunggu Bara di ruang tamu. Namun ternyata cowok itu sudah ada di sana, menunggunya sambil sibuk dengan ponsel. Setelah menyadari kehadiran Kania, tanpa banyak cincong lagi mereka berdua segera berangkat menuju SMA Dirpan dengan mobil Bara.

IDENTITY (END) Where stories live. Discover now