Extra Chapter

64.1K 2.5K 95
                                    

Kania menghirup udara sembari memejamkan matanya. Dia tersenyum senang saat melihat sekelilingnya. Pemandangan yang sangat ia rindukan, entah sudah berapa lama ia meninggalkan tanah airnya. Dan kini ia kembali.

"Seneng?" Pria yang berdiri dengan tangan bersedekap di sebelahnya menatapnya sambil menahan tawa. "Setiap pulang ke Indo, kamu selalu kayak gini. Hirup udara sambil merem, terus cengar-cengir nggak jelas sambil liat sekeliling."

Kania tersenyum saat tahu fakta bahwa pria itu selalu memperhatikan kebiasaannya setiap kali kembali ke Indonesia. Tapi ia tidak mengatakan apa-apa. Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, lalu mengedarkan pandangannya.

"Mama!" Seorang gadis kecil berlari menghampirinya sambil tersenyum lebar, di belakang gadis itu ada seorang anak laki-laki yang menganggandeng gadis kecil lainnya.

"Tadi Michelle dikasih ini, lho!" Gadis kecil bernama Michelle itu menunjukkan tiga boneka keramik kecil dengan wajah bangga.

Pria yang berada di sebelah Kania tertawa saat melihat boneka keramik itu, teringat sesuatu. Kania menyenggol lengannya dan memperingatinya untuk berhenti tertawa lewat tatapan.

Kania setengah berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Michelle. "Dikasih siapa?" tanyanya lembut.

Michelle menunjuk punggung seorang wanita berpakaian serba merah. "Itu, yang pakai baju merah. Dia mirip banget sama Mama!"

Kania mengikuti arah tunjuk Michelle dan merasa familiar dengan punggung wanita itu. Kania menyadari sesuatu, seperkian detik kemudian matanya berkaca-kaca. Namun ia segera mengusap matanya, tak membiarkan air matanya jatuh.

"Yang Batman untuk Jake. Michelle yang peri, kalau Mielle yang putri duyung." Michelle memberikan dua dari tiga boneka keramik berukuran kecil itu pada kakak laki-lakinya dan kembarannya, Mielle.

Mielle menekuk alisnya dan menatap boneka keramik karakter peri milik Michelle. "Mielle mau yang peri!" Mielle mencoba mengambil boneka keramik milik Michelle, namun Michelle segera menyembunyikan boneka keramiknya di belakang punggung.

"Mielle, yang putri duyung kan juga bagus." Kania memberikan senyum lembut dengan harapan Mielle akan menerima boneka karakter putri duyung itu dengan senang hati.

"Nggak mau!" Mielle bersikeras, mencoba mengambil paksa boneka keramik yang ia inginkan, namun Michelle terus berusaha menjauhkan boneka keramik itu dari jangkauannya.

"Ini punya kamu!" Michelle menaruh boneka keramik karakter putri duyung di lantai karena Mielle tak mau mengambilnya.

Mielle yang tidak sabaran akhirnya menarik kerah baju Michelle, namun Michelle segera menendang perut kembarannya itu dan mengambil kesempatan untuk kabur.

"Michelle!" Mielle berteriak dan segera mengejar Michelle.

Kania melihat kedua putrinya kini saling meleparkan tinju. Seharusnya anak perempuan bertengkar dengan saling menjambak, bukan? Kania merasa sangat cemas dan menyusul kedua putrinya untuk menghentikan pertengkaran tersebut..

Saat ini mereka ada di bandara, pertengkaran Michelle dan Mielle tentu menarik perhatian banyak orang. Adu jontos antara anak perempuan berusia delapan tahun tentu akan sangat menarik untuk direkam.

Jake sudah tahu hal memalukan ini akan terjadi. Dia menarik masker wajahnya ke atas dan berjalan lebih dulu meninggalkan orangtua dan adik-adiknya. "Ah, dasar malu-maluin," gumamnya.

"Michelle, Mielle, udah! Jangan berantem lagi!" lerai Kania.

Michelle dan Mielle kini saling menatap sengit. Mielle menarik kerah baju Michelle dengan kedua tangannya, sementara Michelle menarik kerah baju Mielle hanya dengan satu tangan, karena tangan yang satunya menggenggam boneka keramik karakter peri miliknya.

IDENTITY (END) Where stories live. Discover now