33. Gaboleh ikut Aron

119K 16.8K 2.9K
                                    

Luna membuka matanya lalu melihat sekitar dengan bingung. Ini kamarnya? Kenapa dia bisa ada dikamar? Bukankah dia diculik?

perlahan Luna turun dari ranjangnya dan menggapai tongkat yang ada disebelah ranjang. Luna ingin turun dia haus tapi gada minum dimeja. Ga ada yang menjaganya pula! Kemana mereka semua?

Luna mencoba menuruni tangga dengan pelan dan susah karna menggunakan tongkat. Tiba-tiba ada yang membantu memegang pundaknya saat Luna sedikit oleng. Luna mengangkat kepalanya dan melihat Septa tersenyum lemah kearahnya dengan mata sembabnya.

"Luna kenapa turun hm?" Tanya Septa lembut tapi suaranya terdengar serak

"Haus" jawab Luna pelan

"Luna mau kedapur?" Tanya Septa. Luna menganggukkan kepalanya.

"Sini kakak gendong" kata Septa mengambil tongkat Luna lalu menggendongnya

Sampai dibawah Luna dibuat bingung dengan keadaan rumah yang rame. Banyak orang dan banyak tangisan.

"Kenapa rumah Luna rame?" Tanya Luna bingung

"Luna mau kedapur kan?" Tanya Septa dengan suara bergetar. Luna menggeleng

"Ga jadi, pengen kesana" jawab Luna pelan menunjuk ruang tamu yang sedang banyak orang. Tanpa menjawab Septa membawa Luna mendekat kearah ruang tamu dengan menahan tangisnya.

Luna bingung melihat banyak orang menangis. Apalagi banyak anak BM yang berkumpul disana dengan memandang sendu dirinya, banyak yang terisak dan juga menangis dalam diam.

Luna turun dari gendongan Septa lalu mengambil tongkatnya dan berjalan ketengah dimana keluarganya berkumpul dan menangis.

"Mama?" Panggil Luna. Mereka semua menoleh, dengan cepat mama Sekar berlari ke Luna dan memeluknya dengan erat sambil terisak. Luna tidak menghiraukan mamanya yang menangis. Fokusnya hanya satu, orang yang terbaring dalam peti mati didepanya. Mama Sekar semakin terisak setelah melihat arah pandang Luna. Papa Gunawan mengambil mama Sekar lalu memeluknya.

Perlahan Luna berjalan mendekat kearah peti itu. Lalu berjongkok disebelahnya

"Abang Aron kenapa tidur disini?" Tanya Luna pelan memegang tangan Aron

"Kenapa tangan abang dingin?" Tanya Luna heran lalu memegang wajah Aron

"Wajah abang juga sangat pucat, abang sakit?" Tanya Luna tapi tidak mendapat jawaban. Semua orang semakin terisak melihat Luna yang tidak bisa menerima kenyataan

"A-bang kena-pa gak ja-wab Lu-na?" Tanya Luna tersendat karna menahan tangis

"A-bang bangun hiks kenapa semua orang menangis hiks" ucap Luna mulai terisak

"Bang Aron bangun, jawab pertanyaan Luna!" Rengek Luna menggoyangkan tubuh kaku Aron

"Om... kenapa abang gamau bangun?" tanya Luna pada om Abi yang ada didepannya, om Abi mengalihkan pandangannya tidak sanggup melihat mata Luna yang terlihat kosong dan bingung.

"Luna..." panggil Kenan bergetar

"Bang ken! Bangunin bang Aron! Abang gamau dibangunin Luna!!" Mohon Luna memegang tangan Kenan

"Luna..."

"Bang Aron marah sama Luna, bang Aron gamau dibangunin Luna... bang Ken bangunin-"

"LUNA!!"
PLAKKK!!

"KENAN!!" Banyak yang berteriak setelah melihat Kenan menampar dan membentak Luna. Tidak ada reaksi dari Luna, dia hanya terdiam memandang dengan kosong kearah jenazah Aron

"SADAR LUNA!! ARON SUDAH MENINGGAL!!" bentak Kenan dengan air mata yang menggenang dimatanya. Hati dia sangat sakit melihat Luna yang seakan tidak menerima kenyataan.

"Nggak.." bisik Luna menggelengkan kepalanga dengan pandangan kosong

"BANG KEN BOHONG!!! BANG ARON GAK MENINGGAL! BANG ARON HANYA TIDUR!! BANG KEN JAHAT!!" teriak Luna marah pada Kenan

"Luna.." panggil Bian lembut dengan memeluk luna

"Bang!! Bang ken bohong kan?! Bang Aron ga mungkin meninggal! Bang Ken jahat. Dia ingin bang Aron meninggal!" Adu Luna pada Bian dengan air mata yang mengalir deras

"Iya, bang Aron hanya istirahat kok. Luna tenang yah? Biarin bang Aron istirahat." Jawab Bian lembut. Luna mengangguk lalu Bian membawa Luna sedikit menjauh dari peti Aron karna sudah saatnya Aron dimakamkan.

"JANGAN DITUTUP!! NANTI BANG ARON GABISA NAFAS!!" teriak Luna melihat peti Aron yang akan ditutup

"Luna.. gapapa oke? Petinya ditutup biar bang Aronnya bisa istirahat dengan tenang" bujuk Bian

"Tapi nanti bang Aron gabisa nafas bang" rengek Luna

"Bisa kok, di sana ada lubangnya." Jawab Bian dengan suara bergetar. Luna hanya mengangguk dengan polos

"Bang Aron mau dibawa kemana?" Tanya Luna bingung melihat beberapa orang mengangkat peti Aron

"Mereka mau mengantar bang Aron istirahat" jawab Bian

"Tapi kamar bang Aron disana!" Kata Luna menunjuk kamar Aron. Bian mendongakkan kepalanya menahan air mata yang akan jatuh

"Bang Aron akan diantar kerumah barunya" jawab Bian

"Abang gak akan tinggal disini lagi? Luna mau ikut bang Aron saja" rengek Luna

"Ga bisa" jawab Bian menggigit bibirnya menahan tangis

"Kenapa?" Tanya Luna sedih

"Belum waktunya" jawab Bian dengan suara bergetar

"Luna mau ikut bang Aron" lirih Luna menahan tangisnya. Bian yang sudah tidak tahan langsung memeluk Luna dan terisak pelan.

"Luna ga boleh ikut bang Aron" bisik Bian

VILLAIN or PROTAGONIS [Selesai]Where stories live. Discover now