35. Depresi dan Pergi

123K 16.6K 1.9K
                                    

Luna menatap kosong kearah tembok dikamarnya, lebih tepatnya pada foto abang pertamanya Aron.

Sudah seminggu berlalu sejak kejadian itu, dimana Luna merasakan yang namanya hancur sehancurnya. Trauma pada kekerasan abang ketiganya Feby, trauma karna hampir dilecehkan Novan, melihat orang yang dicintainya sekarat didepan matanya, dan terakhir abang kesayangannya yang menjadi tempat perlindungan terakhirnya Aron, pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Hari-hari Luna lalui seperti biasa dengan pagi berangkat sekolah, sepulang sekolah menemani Lio dirumah sakit yang sampai kini belum sadar dari komanya, dan saat malam dia akan menatap foto abangnya Aron sampai dia tertidur itupun kalau ngantuk menghampirinya kalau tidak dia akan terjaga sampai pagi dengan posisi yang sama.

Yang membedakan adalah Luna yang sejak kejadian itu tidak pernah mengeluarkan suaranya barang satu katapun dan tidak ada air mata yang keluar dari matanya. Dia sudah seperti mayat hidup, tatapannya selalu kosong seolah tak ada harapan hidup. Saat diajak bicarapun dia hanya akan diam kalau tidak dia akan pergi begitu saja. Tidak ada lagi senyum polos dan ceria diwajah Luna yang ada hanya wajah datar dengan tatapan kosong tak bernyawa.

Tok tok tok

Cklekk

"Luna.. sayang kita makan dulu yuk" ajak Mama Sekar dengan mengusap rambut Luna lembut. Dia menahan tangisnya melihat anak perempuan satu-satunya seperti ini. Setiap malam mama Sekar selalu menangis sedih karna kehilangan Aron dan perubahan anak-anaknya terutama Luna.

Mama Sekar tau mental Luna sangat terguncang, apalagi mama Sekar pernah memergoki Luna yang hampir bunuh diri dengan menyayat nadinya. Untungnya dia tau lebih cepat jadi dia bisa menggagalkan rencana Luna mengakhiri hidupnya.

"Sayang ayo.. yang lain sudah menunggu" mama Sekar membantu Luna untuk berdiri. Luna hanya menurut tanpa kata dia mengikuti mamanya yang menggandengnya keruang makan.

Luna duduk disebelah Bian, orang kedua yang mengalami perubahan karna kepergian Aron. Kalau dulu meski Bian datar dia masih bisa bicara banyak dan panjang sedangkan sekarang, jangankan ngomong panjang sehari saja bisa dihitung dia ngomong berapa kata.

Feby menatap Luna dengan sedih. Dia tau kalau Luna masih belum memaafkannya, malah mungkin Luna membenci dirinya. Karna setiap Feby ingin mendekat dan meminta maaf Luna akan menghindarinya, tidak memberikan Feby sedikit ruang untuk menebus kesalahannya. Hati Feby sangat sakit tapi dia tidak bisa berbuat banyak, dia tidak ingin Luna semakin membencinya.

Makan malam berjalan dengan hening. papa Gunawan merasa hatinya sangat tersayat melihat keadaan keluarganya, dia merasa gagal menjadi kepala keluarga. Keluarganya yang awalnya meski jarang berkumpul tapi masih bisa terlihat harmonis meski sedikit. sedangkan sekarang keluarganya terlihat sangat berantahkan, anak-anaknya yang berubah membuat suasana sangat terasa sedih dan suram sejak kepergian anak pertamanya.

"Papa akan membawa Luna keluar negri" kata papa Gunawan tiba-tiba. Semuanya menghentikan makannya dan menatap Gunawan dengan tanya. Termasuk Luna yang juga menghentikan makannya namun tak mengangkat kepalanya, dia hanya menunduk menatap kosong kearah piringnya.

"Papa memiliki teman disana yang mungkin bisa membantu Luna kembali seperti dulu" jelas Papa Gunawan tersenyum miris

Sreekk

Luna berdiri dari duduknya dan tanpa kata pergi dari sana meninggalkan keluarganya yang memandangnya dengan sedih.

"Hiks hiks pa.. kembalikan Luna mama hiks hiks mama ingin Luna yang dulu pa..hiks kembalikan Luna mama hiks" isak mama Sekar dipelukan Gunawan yang juga sedang menahan tangisnya.

Sreekk

Bian berdiri dan pergi dari sana diikuti Feby yang pergi setelah memandang orang tuanya dengan sedih.

"kenapa gini pa.. hiks mama punya dosa apa hiks hiks" tangis Sekar semakin menjadi melihat kedua putranya pergi.

"Bukan hanya salah mama, mungkin ini salah kita yang selama ini sibuk bekerja dan tidak ada waktu untuk anak-anak" ucap Gunawan yang tanpa disadari ikut menangis melihat keadaan keluarganya yang hancur.

~~~~~~

Luna memegang tangan Lio dan menatap tubuh Lio yang terdapat banyak kabel dan alat medis yang terpasang.

"Lio.." ini adalah kata pertama yang diucapkan Luna sejak seminggu hanya diam tak bersuara. Suaranya terdengar serak dan kering.

Perlahan air mata menetes dari mata luna yang semakin lama semakin deras membuat isakan keluar dari mulut Luna yang dia tahan sekuat tenaga.

"Hiks Lio gamau bangun hiks" tanya Luna yang disambut dengan kesunyian, tidak ada suara Lio yang diharapkan Luna untuk menjawab pertanyaannya hanya suara monitor yang menandakan kalau Lio masih hidup.

"Luna hiks hiks Luna kangen Lio hiks" Ucap Luna menelungkupkan wajahnya dengan memegang tangan Lio dan terisak.

"Luna akan pergi hiks Lio gamau cegah Luna hiks hiks" tanya Luna menatap wajah Lio. Luna hanya berharap Lio membuka matanya dan mencegahnya untuk pergi. Tapi sepertinya itu hanya anganan untuk Luna, Lio masih asik dengan tidur panjangnya seolah tidak ingin bangun dan menghadapi kejamnya dunia.

"Luna hiks Luna akan kembali hiks hiks dan Luna ingin hiks Lio sudah bangun saat hiks Luna kembali" kata Luna mencium tangan Lio

"Luna mau hiks nanti Lio bantu Luna hiks membalas semuanya hiks hiks" Luna menatap wajah damai Lio seolah ingin selalu mengingatnya

"Luna pergi, Lio cepat bangun dan tunggu Luna" Luna mencium kening Lio lembut dan saat mengangkat wajahnya mata Luna yang awalnya kosong menjadi tatapan dingin dan tajam.

"Novan" desis Luna dengan rendah dan tajam

~~~~~~

Di bandara tidak hanya keluarganya yang mengantar kepergian Luna, ada Lexa dkk dan Nanda dkk juga. Mereka sangat tidak ingin Luna pergi, tapi ini demi kebaikan Luna juga jadi mereka harus merelakan kepergian Luna. Mereka ingin Luna kembali seperti dulu Luna yang ceria bukan yang sekarang yang bahkan tak ingin mengeluarkan suaranya barang sedikitpun.

Givan menghampiri Luna lalu memeluknya dengan erat.

"Cepat kembali, aku menunggumu" bisik Givan mengusap pipi Luna lembut lalu mengecup keningnya sebentar. Luna hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan mereka setelah berpamitan dengan keluarganya dan para sahabatnya. Mereka tidak tau saat Luna membalikkan badannya air matanya terjatuh tapi tatapannya sangat tajam.

"Aku akan kembali, dan membalas semuanya" bisik Luna pelan melangkah meninggalkan semuanya yang menangis melihat kepergiannya.

VILLAIN or PROTAGONIS [Selesai]Where stories live. Discover now