Delapan

720 118 171
                                    

Setahun yang lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setahun yang lalu. Dua minggu sebelum Mila menghilang.

Dentum musik yang menghentak terdengar di seluruh penjuru sebuah klub malam. Adifa menyusuri koridor untuk ke luar dari tempat yang berisik itu setelah melakukan pengamatan. Tiba-tiba dari arah berlawanan, di antara ramainya lalu-lalang pengunjung diskotik, seorang gadis tak sengaja menabrak bahunya.

Sebuah benda hitam berbentuk silinder mirip seperti bulpoin terjatuh dan menggelinding ke dekat kaki Adifa. Inisiatif, Adifa memungut benda itu. Namun saat melihat benda itu dari dekat, dahinya lantas berkerut samar.

"Sori," ucap gadis itu seraya merampas paksa benda itu lalu melenggang pergi menuju titik pusat tempat hiburan malam.

Mencoba tak ambil peduli, Adifa melanjutkan langkahnya keluar. Hanya saja, ada hal yang mengganjal di pikirannya. Ia tidak tahu pasti, tapi pertemuan singkat dengan gadis tadi cukup mengganggu benaknya. Dengan mendecak kesal, ia berbalik dan memilih mencari gadis itu.

Di ruangan remang yang hanya bermodalkan lampu sorot berputar-putar dan beberapa lampu hias warna warni, Adifa berjalan seraya mengedarkan pandang. Banyaknya pengunjung, terutama di lantai dansa menambah kesulitan baginya untuk menemukan gadis tadi.

Di tengah pengunjung yang asyik meliuk-liukkan badan mengikuti aliran musik, Adifa tak sengaja menabrak seorang pria. Ia sedikit terkejut saat menyadari siapa yang ia tabrak. Dengan cepat ia menutupi rasa kagetnya dan mengucap permintaan maaf. Pria itu hanya mengangguk acuh tak acuh. Bukti jika pria itu, Galen, tak mengenalnya dan tidak menghiraukannya.

Saat akan beranjak, sepasang maniknya menangkap sosok gadis yang dicarinya berada tak jauh di belakang Galen. Gadis itu sedang menatap lurus ke arah Galen dengan tangan mengepal sesuatu dengan erat. Tanpa perlu bertanya, ia tahu pasti apa yang akan gadis itu lakukan.

Buru-buru ia menghampiri sebelum hal buruk benar-benar terjadi. Saat Adifa berdiri tepat di depannya, tangannya dengan cepat menahan tangan gadis itu. Ia sedikit membungkuk, menyejajarkan bibirnya dengan telinga si gadis.

"Cara lo terlalu ceroboh."

Adifa kembali menegakkan badannya. Matanya lantas menyorot lurus pada gadis yang kini tengah meliriknya tajam. Sebuah senyum iblis lantas terbit di sudut bibir gadis itu, bersamaan dengan sesuatu yang terasa dingin menempel di kulit tangan Adifa.

Adifa menggerakkan netranya ke bawah. Sebuah mata pisau kecil sudah bersiap menyayat punggung tangannya. Alis Adifa menyatu. Ia sungguh tak merasakan adanya pergerakan, tapi pisau kecil yang tadinya digenggam oleh tangan kanan si gadis-yang kini tengah Adifa cekal- kini sudah berpindah ke tangan kiri dan bersiap mengoyak kulitnya.

My True Me (END)Where stories live. Discover now