Empat Puluh Empat

160 9 15
                                    

Zita mencoba membuka mata meski kepalanya terasa berat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zita mencoba membuka mata meski kepalanya terasa berat.

"Lo udah sadar?"

Suara tak asing itu masuk ke pendengarannya. Zita berkedip beberapa kali, menajamkan pandangannya yang masih terasa buram. Matanya menangkap langit-langit, lantas beranjak untuk duduk.

"Ini minum dulu."

Zita melihat botol air mineral dengan sedotan plastik disodorkan padanya. Sambil menerima botol itu, ia menatap Kayla yang duduk di dekatnya, di tepian brankar. "Thanks."

Kayla tersenyum.

Zita menyesap minumannya, sambil mengedarkan pandangan. Aroma obat-obatan menguar di udara. Di sebelahnya berjajar beberapa brankar yang terpisah oleh tirai.

Alis Zita bertaut. "Kok gue bisa di sini?"

"Harusnya gue yang nanya," sahut Kayla, "kok lo bisa pingsan di mall? Untung ada Iddar yang nolongin."

"Mall?" Zita tak mengerti. "Iddar?"

Kayla mengangguk. "Gue nggak sengaja lihat ada rame-rame, terus gue lihat, Iddar udah bopong lo yang lagi pingsan."

Zita kembali mengedarkan mata. "Terus Iddar ke mana?"

"Lagi di luar, tadi ada yang telepon."

Zita mengangguk paham, lalu mulai mencerna situasi. Sadar jika salah satu alternya sempat mengambil alih kesadarannya.

"Syukur deh, lo udah sadar." Suara Iddar terdengar. Lelaki itu mendekat, berdiri di samping ranjang. "Tadi Kayla udah telepon Theo, pasti bentar lagi dia sampai, dan ... kebetulan gue ada urusan, nggak apa-apa kalau gue tinggal duluan?"

Zita mengangguk pelan. "Tapi ... kok gue bisa sama lo?"

"Lo nggak inget?" Iddar mengangkat alis. "Kita ketemu di depan mall, katanya lo mau belanja. Karena gue lihat muka lo pucet, jadi gue temenin. Abis itu, tiba-tiba aja lo pingsan."

Dugaannya benar, salah satu alternya fronting. Zita lantas tersenyum. "Thanks udah nolongin."

"Anytime." Iddar balas tersenyum, lalu menoleh pada Kayla. "Lo balik bareng gue, nggak? Mobil lo masih di mall, kan?"

"Gue di sini aja. Gampanglah nanti pulangnya." Kayla menjawab santai. "Kasian Zita kalau ditinggal sendiri."

Iddar tak memaksa, lalu pamit untuk pergi. Membuat Kayla menatap kepergian lelaki itu sambil memanyunkan bibirnya.

"Udah, susulin aja," kata Zita, paham arti dari raut muka temannya itu.

Kayla menoleh ke Zita sambil menggeleng cepat. "Mana tega gue ninggalin lo sendiri. Walau ini satu-satunya kesempatan buat bisa pulang sama cowok idaman, tapi gini-gini gue setia kawan."

"Tapi muka ditekuk gitu."

"Agak menyayangkan aja, hehe," jawab Kayla dengan cengiran lebar. Gadis itu lantas memasang wajah serius. "Btw, kayaknya Iddar sama Theo lagi ada crash, deh. Oh, sama Ridan juga."

My True Me (END)Where stories live. Discover now