That Night (2)

560 81 205
                                    

Menjelang tengah hari, Theo yang baru keluar dari dapur melihat Zita memasuki rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menjelang tengah hari, Theo yang baru keluar dari dapur melihat Zita memasuki rumah.

"Lo nginep di mana semalam? Kok nggak pulang?"

Mendengar pertanyaan Theo, gadis itu langsung menoleh sambil memasang ekpresi bersalah. "Sorry, Yo. Gue main sama Rei dan adiknya, terus kemaleman, jadi nginep di rumahnya."

Theo hanya mengangguk tanpa meributkan hal itu. "Gue udah bikinin lo susu di dapur. Minum dulu, gih."

"Thanks," ucapnya sumringah seraya beranjak ke dapur untuk mengambil gelas berisi cairan putih pekat yang ada di kitchen island.

Saat bibir hampir menyentuh bibir gelas, sesuatu menyadarkannya. Theo tak mungkin bersikap sesantai itu jika tahu Zita tidak pulang semalaman. Ditatapnya minuman yang sedang dipegangnya, kemudian memutar badan dan menghadap Theo yang sedang menatap ke arahnya dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Kenapa?" tanya Theo.

Pertanyaan itu membuat gadis itu mendengkus sinis. Tidak salah lagi.

Gelas yang dipegangnya terulur ke samping badan. Matanya menatap lurus ke mata Theo. Kelima jarinya lantas ia renggangkan hingga gelas di tangannya itu meluncur jatuh, pecah, dan isinya memercik ke berbagai arah.

Theo bergeming, seolah sudah menduga hal itu akan terjadi.

"Zita nggak suka susu," tekan gadis itu tajam.

"Apa gue bilang kalau itu buat Zita?" balas Theo. "Gue bikin itu buat lo. Lo suka, kan, Mil?"

Mila tersenyum miring. Ia seharusnya tahu, di antara anggota keluarganya, hanya Theo yang tidak bisa ia tipu. Sebaik apa pun ia menirukan kepribadian Zita, Theo pasti langsung mengenalinya.

"Lo nggak mungkin sebaik itu sampai bikinin gue susu," cibir Mila. "Selama ini, lo cuma bersikap baik sama Zita, bukan gue."

Theo menggeleng kepala seraya memasang mimik terluka. "Lo terlalu berpikiran buruk sama gue, Mil."

"Cih! Nggak usah pura-pura baik." Mila menunjuk pada pecahan gelas di dekat kakinya. "Lo masukin obat tidur, kan?"

Theo bertepuk tangan dengan pandangan takjub. "Wow! Mila memang nggak pernah mengecewakan." Lelaki itu sama sekali tak bersusah payah untuk mengelak atau memberi pembelaan. "Gue cuma bersikap baik aja, Mil. Semalam lo abis clubing, terus pergi ke rumah orang asing, lo pasti capek, jadi gue buatin susu dengan kasih sedikit bantuan biar lo cepet tidur."

"Lo ngikutin gue?"

"Apa lo merasa gue ikutin?" balas Theo berlagak polos.

Tidak. Mila sadar betul, Theo tidak mengikutinya. Tangan Mila mengepal. Ia tahu, Theo bisa melacak keberadaannya melalui ponsel, karena itu ia meninggalkan benda itu di rumah. Tak ada benda lain yang ia bawa, selain pakaian yang melekat di tubuhnya.

My True Me (END)Where stories live. Discover now