Sebelas

685 120 223
                                    

Ridan bersiul memasuki rumahnya yang masih gelap karena belum ada lampu yang dinyalakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ridan bersiul memasuki rumahnya yang masih gelap karena belum ada lampu yang dinyalakan. Ia lantas berjalan ke arah saklar berada dan klik, bagian ruang tamu rumah itu seketika terang benderang. Ridan berbalik dan hampir terlonjak saat melihat Adifa sedang terbaring di sofa dengan mata terbuka menatap langit-langit.

"Lo ngapain tiduran di sini, sih?" gerutu Ridan.

Ia melempar tas ranselnya ke atas meja, menjatuhkan diri di salah satu sofa lalu memejamkan mata. Matanya kembali terbuka saat mendengar Adifa menggumamkan sesuatu. Lelaki itu kemudian menoleh ke arah Adifa yang kini sedang memejamkan mata.

"Lo ngomong apa?" tanya Ridan.

"Dia Mila," kata Adifa. Ridan mengernyit tak mengerti. "Zita itu Mila."

"Jadi tadi lo ketemu Zita?"

"Mila." Adifa membenarkan nama yang Ridan sebut. "Dia Mila."

Adifa mengingat kembali pertemuannya dengan Zita di halte sore tadi. Lebih tepatnya pertemuan yang sengaja ia rencanakan. Sejak Zita datang dan duduk di halte itu, Adifa sudah memperhatikan setiap gerak-geriknya. Sikap Zita yang sesekali menoleh ke kanan jalan sambil menggerutu membuat Adifa menyadari jika Zita memang berbeda dengan Mila.

Jika itu Mila yang ia kenal, gadis itu pasti sudah pergi dari sana dalam waktu kurang dari lima menit. Mila bukan tipe orang yang mau membuang waktu untuk menunggu. Kalau pun harus menunggu, gadis itu pasti memilih menunggu dengan memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuhnya dibandingkan bertindak gelisah apalagi kesal seperti yang Zita lakukan saat itu.

Meski baru mengenal Mila selama dua minggu, sudah cukup bagi Adifa untuk memahami kebiasaan gadis itu. Walau selama waktu itu pula, Adifa harus bersabar untuk tidak mencari tahu apa pun soal identitas Mila. Perjanjian lisan di antara mereka telah melarangnya untuk mencari tahu segala hal mengenai latar belakang Mila. Sebuah penjanjian yang tidak bisa ia langgar jika ingin tetap bekerja sama dengan gadis itu.

"Just call me, Mila! Lo cukup tahu nama gue, nggak lebih!" peringat Mila saat gadis itu setuju bersekutu dengannya.

Bayangan pembawaan Mila yang tenang kontan berpadu dengan Zita yang bersungut kesal. Sungguh kontras. Namun, seperti halnya Ridan, sosok Zita yang terlampau mirip dengan Mila tidak bisa dilewatkan begitu saja. Lagi pula kerja sama di antara dirinya dan Mila telah usai sejak gadis itu menghilang setahun lepas. Sudah tidak ada kewajiban bagi Adifa menuruti persyaratan Mila untuk tidak mencari tahu identitasnya yang sebenarnya.

"Dari mana lo yakin kalau dia Mila?" tanya Ridan.

"Lo nggak lihat luka di tangannya?" balas Adifa.

Ridan tampak merenung. Tentu ia tidak memperhatikan secara detail. Ridan memang sempat bersalaman dengan Zita tadi siang, tapi tangan gadis itu tertutupi lengan cardigan yang panjang.

My True Me (END)Where stories live. Discover now