Her Past (2)

431 88 181
                                    

Warning!!!17+

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Warning!!!
17+

...

"Lo suka Theo, ya?" todong Iddar tiba-tiba. Tangannya lantas bersedekap. "Lo ngeliatin dia mulu soalnya."

Moza tersenyum mengejek. "Selain playboy, lo pakar jodoh juga? Sok tahu banget."

Iddar mencebik. "Pengalaman gue banyak, gue tahu mana tatapan mata yang menunjukkan rasa suka dan mana yang nggak. Cara lo ngeliat Theo jelas menunjukkan rasa suka."

Moza hanya tertawa ringan seraya mengambil gelas dan meminum sisa tehnya.

"Gue serius. Gue sampai cemburu lihatnya."

Moza menaikkan alis.

"Karena gue suka sama lo."

Pernyataan itu membuat Moza terdiam sesaat. Playboy itu menyatakan rasa suka padanya? Apa itu berarti dirinya masuk dalam daftar calon korban lelaki itu selanjutnya? Moza mendengkus tawa geli. Iddar seharusnya tahu jika pernyataan itu hanya akan terdengar seperti lelucon di telinganya.

"Gue tahu lo nggak bakal percaya dan gue juga nggak maksa buat percaya," pasrah Iddar, "tapi jujur, perasaan gue ke lo itu tulus. Gue suka lo ya karena diri lo, bukan karena apa yang lo punya atau kasih. Bukan karena fisik atau a little benefit yang biasa gue dapat dari cewek lain."

Moza menanggapi dengan senyum tipis. "Bercandanya nggak lucu, Dar."

Iddar mendekatkan kursi ke arah Moza. "Apa gue keliatan bercanda?" Menatap lekat ke mata gadis itu. "Apa karena gue playboy, jadi lo pikir kalau gue nggak bisa jatuh cinta?"

Moza bungkam. Matanya hanya bisa berkedip-kedip tanpa tahu harus merespon apa.

"Gue pasti berhenti main-main kalau dapetin hati lo," janji Iddar.

Moza mencibir, "Janji seorang playboy pada semua wanitanya."

Iddar mendecak, kemudian memundurkan badannya. "Emang apa yang lo lihat dari Theo? Lo pasti bisa lihat kalau isi kepalanya cuma Zita. Nggak ada cewek lain."

Moza tak menjawab. Ternyata bukan hanya dirinya, tapi Iddar pun menyadari hal yang sama. Cara Theo memandang Zita memang punya arti khusus. Arti yang lebih dari sekedar sepupu.

"Tapi Zita punya pacar dan Theo kelihatan fine-fine aja, tuh," bela Moza.

"Kelihatan baik-baik aja bukan berarti beneran baik-baik aja, kan?" timpal Iddar. "Dia cuma nggak punya alasan buat ngelarang mereka pacaran. Kalau pun ada, who does he think he is? Apalagi ini Rei, teman baiknya sendiri. Dia jelas tahu Rei orangnya kayak gimana dan Rei pun nggak mungkin berani nyari perkara. So, he had no reason to bar them."

Pemikiran Iddar tak salah, tapi Moza juga sadar jika itu bukan urusannya. Toh, kalau pun benar Theo menyukai Zita sebagai lawan jenis alih-alih sebagai sepupu, itu hak Theo. Dirinya-yang bukan siapa-siapa-tak berhak ikut campur.

My True Me (END)Where stories live. Discover now