Dua Puluh Empat

475 76 162
                                    

Empat dari lima lawannya tumbang, sedangkan satu sisanya tengah tertatih untuk bangkit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Empat dari lima lawannya tumbang, sedangkan satu sisanya tengah tertatih untuk bangkit. Adifa mendekat, berjongkok dengan sebelah kaki menginjak bahu pria itu agar tetap tengkurap di tanah.

Ia menjilat rasa anyir dari sudut bibirnya yang robek, lalu meludahkan liur bercampur darah yang berasal dari kulit pipi bagian dalam mulutnya yang ikut terkoyak karena mendapat tonjokan dari lawan.

Tangannya lantas menjambak rambut pria di bawahnya itu untuk menghadap ke arahnya. Sebelah tangannya yang lain mengeluarkan ampul berisi warfarin dosis tinggi dari saku jaket, lalu menunjukkannya pada pria itu.

"Lo pasti udah tahu kalau bos lo sedang sekarat karena minum racun, kan? Lo mau coba?"

Pria itu mencoba melepaskan cengkeraman tangan Adifa dari rambutnya.

Adifa menyeringai. "Gue akan biarin lo lolos asal kasih tahu gue gimana kondisi Galen sekarang?"

Inti dari semua rencana yang berakhir kacau balau ini adalah kematian Galen. Entah hidup atau mati, Adifa harus tahu bagaimana kondisi pembunuh ayahnya itu sekarang. Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk Mila yang sedang mempertaruhkan nyawa.

"Gue nggak tahu!" tampik pria itu sambil menarik kepalanya dari cengkraman tangan Adifa.

Kaki Adifa menekan lebih kuat saat pria itu berusaha melepaskan diri. Tangan yang menjambak rambut pria itu pun menarik kian erat.

"Cari tahu!" tekan Adifa. "Kecuali lo lebih memilih minum racun sebagai bentuk loyalitas lo ke Galen."

Pria itu menggeram tak senang. Masih dengan posisi telungkup di atas tanah, tangan pria itu merogoh ponsel dari saku dan mulai menghubungi seseorang.

Adifa menurunkan kakinya, membiarkan pria itu bangkit ke posisi duduk untuk berbicara dengan rekannya di telepon

"Nggak ada yang tahu gimana kondisi Bos Galen sekarang," ucap pria itu setelah mendapatkan info yang Adifa inginkan. "Mereka bilang, Hazel datang dan bawa Bos pergi."

Adifa mengernyitkan kening karena tak pernah mendengar nama itu sebelumnya. "Siapa Hazel?"

"Adik Bos."

Kerutan di dahi Adifa semakin dalam. Sejauh yang ia tahu, Galen tak mempunyai adik atau semacamnya. Hasil investigasinya pun menunjukkan jika Galen adalah anak tunggal yang melarikan diri dari rumah lalu tumbuh dan hidup di jalanan seorang diri.

"Nggak semua orang tahu kalau Bos punya adik," jelas pria itu. "Hanya kami--orang-orang yang bekerja di bawah Galen langsung--yang tahu soal itu."

"Jelasin lebih detail tentang Hazel," kata Adifa.

Pria itu menggeleng. "Walau tahu kalau Hazel adalah adik Bos, kami juga nggak pernah tahu dia orang yang seperti apa. Wajahnya, bahkan gendernya pun kami nggak tahu."

My True Me (END)Where stories live. Discover now