Tiga Puluh Tiga

289 50 127
                                    

Kita kembali ke masa kini

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Kita kembali ke masa kini ....

...

Theo menekan tombol lift dengan buru-buru, tak sabar menunggu pintu besi di hadapannya terbuka. Tak lama, Ridan turut berdiri di sebelahnya, menunggu hal yang sama.

"Ngapain lo di sini?" tanya Theo, melirik tak suka.

Ridan meliriknya sekilas. "Urusan yang sama kayak lo."

Pintu lift terbuka, Theo masuk lebih dulu ke dalam kabin yang kebetulan tengah kosong. Saat Ridan hendak masuk, Theo menghalanginya. "Gue nggak ngajak lo."

Ridan mendecak. Kedua tangannya lantas mencengkeram kerah baju Theo, mendorong lelaki itu hingga membentur dinding eskalator. Rahangnya mengatup, berucap dengan penuh penekanan. "Gue nggak tahu budi apa yang udah lo kasih ke Moza sampai dia masih mau temenan sama lo--temennya cowok yang udah ngerusak hidup dia."

Rahang Theo ikut mengetat. Tangannya balas mencengkeram tangan Ridan yang terasa menekan lehernya. "Dari mana lo tahu soal Moza?"

"Dia sendiri yang cerita ke gue."

Theo menatapnya sengit. "Kalau Moza sendiri yang cerita, harusnya lo juga tahu alasan gue masih temenan sama Iddar."

Dahi Ridan mengerut tak mengerti. Moza sama sekali tak membahas soal itu.

Merasa cengkeraman di lehernya melonggar, Theo langsung melepasnya. Ia merapikan pakaiannya, menekan angka 4 di floor button, lalu menoleh pada Ridan. "Gue juga nggak sudi temenan sama Iddar sejak kejadian malam itu."

Kerutan di kening Ridan semakin dalam seolah menuntut penjelasan lebih lanjut.

"Moza minta gue menganggap kejadian malam itu nggak pernah ada." Theo menjelaskan. "Dia bilang, hanya dengan cara itu dia bisa lanjut hidup dan anggap semua yang terjadi cuma mimpi. Menurut lo, apa yang bisa gue lakukan di posisi itu? Datengin Iddar, ngehajar dia sampai mampus, terus bilang, 'gue cuma iseng pengen ngehajar lo', gitu?"

Nada suara Theo terdengar sinis. Matanya menatap tajam ke arah Ridan.

"Dua tahun! Yang bisa gue lakukan cuma diam. Gue juga muak harus terus temenan sama Iddar. Sampai sekarang, permintaan Moza ini nggak pernah terasa mudah." Theo melirik ke floor designator yang sudah menampilkan angka 3, lalu kembali menatap Ridan. "Gue cuma bisa ambil positifnya, justru dengan begini, gue jadi bisa mantau Iddar biar nggak mendekati Moza lagi."

Bersamaan dengan itu, pintu lift terbuka. Theo langsung keluar, berjalan cepat menuju ruangan di ujung lantai. Begitu sampai, tangannya langsung memutar knop dan masuk ke ruangan itu.

Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Iddar yang tengah mendekap Moza dari belakang. Bibir lelaki itu tengah menjamah sebelah bahu Moza yang terekspos karena 3 kancing teratas kemeja gadis itu sudah terbuka.

My True Me (END)Where stories live. Discover now