Empat Puluh Tujuh

163 18 31
                                    

Ratusan orang yang ada di dalam gymnasium telah keluar

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Ratusan orang yang ada di dalam gymnasium telah keluar. Mereka terpencar ke beberapa titik kumpul di area parkir. Tak ada tanda-tanda bekas ledakan. Yang ada hanya mobil dan motor yang alarm-nya berbunyi efek dari dentuman yang sempat terjadi.

Begitu memastikan Zita dan Kayla keluar dengan selamat, Adifa lantas pergi tanpa pamit karena melihat seorang wanita menatap ke arahnya dan memberinya kode untuk mengikutinya.

Kedatangannya ke Mandala bukan tanpa alasan. Beberapa hari sebelumnya, wanita dari NoName itu mengiriminya pesan. Ia menjadikan turnamen basket sebagai jembatan untuk menyamarkan pertemuan mereka.

"Setelah sekian lama, kenapa sekarang ngajak ketemu?" tanya Adifa, berdiri di sebelah wanita itu, agak jauh di belakang kerumunan mahasiswa yang tengah berkerumun di salah satu titik kumpul.

"Karena gue udah merasa sesuatu kayak gini bakal terjadi."

"Sesuatu apa? Suara tadi?"

"Beberapa hari lalu gue denger ada yang dapat perintah nyiapin bom buat dipasang di acara ini," jelas wanita itu. "Gue nggak bisa lapor ke polisi atau penjinak bom karena nggak bisa nyebutin dari mana gue tahu soal kabar bom ini. Jadi, yang bisa gue lakukan cuma ngawasin, dan tentunya gue nggak bisa handle sendiri kalau sampai hal itu beneran terjadi."

"Apa NoName kekurangan orang sampai lo harus minta bantuan gue?" tanya Adifa, lebih seperti cemoohan. Matanya lantas berkeliling mengamati keadaan. Tak ada bekas ledakan bom atau semacamnya. "Kayaknya, bom yang dimaksud bukan bom dalam arti yang sebenarnya."

Adifa lantas menunjuk satu mobil dengan dagunya. Beberapa orang tampak mengerumuni mobil yang alarm-nya masih berbunyi. Pintu mobilnya tampak terbuka dan penyok di beberapa bagian.

"Aerosol," ucap Adifa.

Wanita itu mengangguk setuju. Mengingat terik mentari yang bersinar siang ini, ia paham dari mana asal dentuman yang mereka dengar tadi.

"Soal NoName, anggota kami memang terbatas," kata wanita itu, menjawab pertanyaan yang sempat Adifa ajukan. "Ada beberapa hal yang sedang NoName selidiki. Salah satunya adalah kelompok Heidi. Kebetulan tim kami hanya terdiri dari empat orang. Tugas gue menyamar buat dapatin info dari dalam. Dua yang lain mengawasi tempat-tempat transaksi sesuai info yang gue dapat. Lalu, satu sisanya adalah Bos, mantan rekan bokap lo. Di luar NoName, dia bertugas di unit khusus. Dia nggak bisa ninggalin posisi dan tugasnya di sana. Baru bisa bantu waktu free aja."

Lagi-lagi Adifa tersenyum mengejek. "Jadi, Bos lo itu masih ada di unit khusus, tapi diam-diam juga kerja buat NoName? Kalau gitu, kenapa semua buktinya malah dikasih ke gue? Bukannya lebih gampang kalau semua buktinya diungkap sama bos lo sendiri? Siapa tahu dia bisa diangkat jadi kepala unit."

Wanita itu mendecak. "Birokrasi. Lo tahu kan gimana tata aturannya? Semua laporan harus mendapat persetujuan dari kepala unit, baru bisa diusut. Walau namanya unit khusus yang sifatnya confidential, tapi selama unit itu dibawahi oleh orang-orang tamak--you know who--pasti bakal ada pihak yang menjegal semua laporan yang didapat biar nggak perlu diusut."

My True Me (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon