That Night (7)

516 85 215
                                    

Adifa keluar kamarnya setelah selesai mengeringkan tubuh dan mengganti pakaiannya

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Adifa keluar kamarnya setelah selesai mengeringkan tubuh dan mengganti pakaiannya. Hal pertama yang dilihatnya ketika membuka pintu kamar adalah Mila yang tengah berjalan membungkuk, mengendap-endap sambil menenteng sepatunya.

"Mil?"

Gadis itu tersentak. Kepalanya menoleh ke arah Adifa seraya menegakkan tubuh.

"'Mil'?" ulang gadis itu dengan dahi berkerut.

Adifa berjalan mendekat. "Lo mau ke mana?"

Gadis itu sempat kebingungan beberapa saat, lalu buru-buru mendekap tubuhnya sendiri dengan memasang wajah memelas. "Gue kedinginan. Jadi, mau keluar buat joging sekalian cari yang anget-anget."

Kini Adifa yang berkerut dahi. Ia bisa mengerti jika Mila merasa kedinginan setelah diguyur air 3 jam lamanya, tapi ini masih jam 4 pagi! Masih terlalu gelap untuk joging di pagi hari, dan penjual makanan yang dapat menghangatkan tubuh pun jelas belum membuka lapaknya.

"Lo mau teh anget? Biar gue buatin," tawar Adifa pada akhirnya.

"Kayak bocil banget minumnya teh anget," gerutu Mila dengan bibir mencebik.

Kerutan di dahi Adifa semakin dalam, merasa ada yang aneh dengan sikap gadis itu. Ia lantas mendekat, menempelkan telapak tangannya ke dahi Mila.

"Lo sakit?" tanyanya, meski suhu tubuh Mila terasa normal-normal saja.

"Gue tuh cuma kedinginan. Bangun-bangun ada di bathub, dalam keadaan basah kuyup. Kulit gue sampai keriput. Nih!" cerocos gadis itu sambil menunjukkan ujung jari-jarinya yang berkerut. "Kayak nenek-nenek! Iyuuhh ...."

Adifa nyaris ternganga, tak menyangka jika Mila bisa secerewet itu. Sikapnya jauh berbeda dari sosok Mila yang ia kenal sebelumnya. Apa jangan-jangan masih tersisa efek dari stimulus yang diminumnya beberapa jam lalu?

Anggap saja itu benar, Adifa tak mau ambil resiko dengan membiarkan Mila berkeliaran di luar sana. "Terus lo maunya apa?"

Gadis itu mengerutkan bibir, tampak berpikir. Adifa yang melihatnya lagi-lagi merasakan kejanggalan, ia bertanya-tanya dalam hati, apa Mila memang seekspresif itu sebelumnya?

"Gue rasa ...." Mila meliriknya ragu-ragu. "I need some alcohol."

"Alkohol?" Kedua alis Adifa bertaut, tak mengira hal itu akan keluar sebagai jawaban. "Dibanding alkohol, kalau lo emang merasa nggak enak badan, kita bisa ke rumah sakit."

"No! No! No!" sergah gadis itu cepat seraya mengibas-kibaskan tangan di depan dada. "Gue nggak apa-apa. Gue cuma butuh sedikit ...," lanjut Mila sambil mendekatkan jarak ibu jari dan telunjuknya, "kehangatan dari minuman aja. Udah gue bilang kalau gue kedinginan."

Adifa menghembuskan napas dengan berat. Entah kenapa ia merasa sedang berhadapan dengan ke-ngeyel-an bocah remaja.

Ia lantas menuju ke dapur, dan menyuruh Mila duduk di depan kitchen bar. Adifa membuka lemari di bawah meja dan mengeluarkan satu botol brandy dari sana.

My True Me (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant