Hatred (6)

163 8 19
                                    

1599 kata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

1599 kata.

Sengaja up malem buat menemani kesepianmu yang nggak kemana2 malam ini wkwkwk

Note : hehehe, ku unpub bentar karena baru ngeh ada yang typo juga ada yang narasinya kepotong, so sorry...

...

Zivana berlari ke dalam rumah, disusul Iddar yang ada di belakangnya. Begitu masuk, ia melihat Bastian berjongkok dengan sebelah tangan berada di bawah kepala Galen yang tengah ditidurkan di atas sofa.

Dengan napas tercekat, Zivana duduk di sebelah Bastian, menatap wajah Galen yang dipenuhi bulir keringat, tampak kesulitan bernapas, dan area mulut, dagu, hingga pakaian dipenuhi noda merah bekas darah.

"Kenapa nggak dibawa ke rumah sakit?" tanya Zivana dengan suara gemetar melihat kondisi sang kakak yang seperti itu.

Iddar menggantikan posisi Bastian. Mengambil alih kain tebal yang Bastian gunakan untuk menekan luka di belakang kepala Galen yang tak berhenti mengucurkan darah.

Bastian beringsut mundur, menghela napas, mengusap keningnya yang dibasahi keringat dengan punggung tangan yang bersih dari darah. "Kak Baskara yang nyuruh gue bawa Kak Galen ke sini. Gue juga nggak tahu alasannya."

Jika atas perintah Baskara, Zivana yakin itu berasal dari keputusan sang kakak sendiri.

"Terus, kok bisa sampai kayak gini?" tanyanya lagi.

"Ada yang ngeracunin."

Mata Zivana melebar. "Siapa?"

Bastian menggeleng. Bersamaan dengan itu, Zivana merasakan tangannya disentuh. Ia langsung menoleh pada Galen yang kini menatapnya dengan mata sayu.

Tangan Zivana lantas menggenggam tangan Galen. Hati Zivana terasa tercabik melihatnya "Kita ke rumah sakit, ya, Kak."

"Zi ... maafin Kakak."

Zivana menggeleng, mencoba tersenyum meski pelupuk matanya mulai digenangi air. "Kakak nggak salah apa-apa." Sekali lagi ia memohon, "Kita ke rumah sakit, ya."

Zivana bisa merasakan tangan Galen meremas tangannya meski hanya remasan lemah. Kening lelaki itu mengernyit, sedikit mengerang menahan rasa sakit. Zivana hendak berucap pada Iddar dan Bastian untuk segera membantunya mengangkat Galen, tapi suara Galen lebih dulu terdengar.

"Kakak ... yang ngajak kamu ... tinggal bareng, tapi ... kakak yang buat ... hidup kamu sulit," kata Galen dengan napas tersengal.

Zivana lagi-lagi menggeleng. Berusaha kuat membendung air matanya. "Aku seneng tinggal sama Kakak. Kakak nggak usah banyak ngomong dulu. Untuk sekarang, please ... Kakak harus ke rumah sakit."

"Jangan benci Zitania."

Zivana tak mengerti kenapa Galen tiba-tiba menyebut nama Zitania. Namun, ia tetap mengangguk sebagai jawaban, tak punya waktu untuk bertanya maksud perkataan Galen. "Kakak diem dulu. Kita harus--"

My True Me (END)Where stories live. Discover now