Lima Puluh Dua

155 9 27
                                    

Hampir jam 10 malam saat Ridan kembali ke rumah sakit usai mengganti pakaiannya yang terkena darah dengan pakaian yang bersih

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Hampir jam 10 malam saat Ridan kembali ke rumah sakit usai mengganti pakaiannya yang terkena darah dengan pakaian yang bersih. Dari parkiran, ia memotong jalan lewat depan UGD agar lebih cepat sampai ke kamar Moza. Namun, sebuah ambulans yang datang membuat langkahnya terhenti untuk memberi jalan.

Emergency bed di dorong keluar dari dalam mobil putih itu. Seseorang berambut biru yang berlumuran darah terbaring di atasnya. Ridan hanya memandang sekilas tanpa minat ingin tahu. Hanya saja, begitu melihat sang kakak dan seorang wanita turut keluar dari dalam ambulans, Ridan reflek menyadari siapa orang berambut biru itu.

Ridan langsung mengejar sang kakak. “Bang!”

Adifa menghentikan langkahnya, kemudian menoleh.

Ridan menatap pintu UGD yang sudah tertutup. “Itu tadi ... Theo?”

Adifa mengangguk, napas lelaki itu terengah.

Ridan menatap Adifa dengan bingung. Pasalnya, beberapa jam lalu, setelah Moza dipindahkan ke ruang rawat, Theo pamit pergi dengan kondisinya baik-baik saja.

“Kenapa? Kecelakaan?” tanya Ridan tak mengerti.

Adifa menggeleng, meletakkan dua tangannya yang penuh darah ke pinggang seraya mendesah lelah. “Ada yang nyerang. Gue juga nggak tahu siapa, soalnya waktu gue sampai, kondisinya udah kayak gitu.”

Ridan mencoba mencerna apa yang terjadi.

“Lo sendiri, ngapain di sini?” tanya Adifa.

“Moza dirawat karena hampir bu--” Ridan langsung menghentikan kalimatnya. Menyadari sesuatu. “Iddar.”

Adifa mengangkat sebelah alisnya. “Iddar?”

Ridan menceritakan dengan singkat tentang apa yang terjadi pada Moza, termasuk perseteruan antara Theo dengan Iddar.

“Gue juga nggak tahu apa masalahnya, tapi gue ngerasa kalau mungkin ini ada hubungannya sama Iddar,” kata Ridan di akhir penjelasannya.

Adifa mengangguk paham, lalu menepuk lengan Ridan. “Lo temenin Moza aja. Biar Theo, gue sama Kaya yang urus.”

Menyebut nama asing itu diucap, Ridan baru teringat dengan wanita yang tadi turut masuk ke ruang UGD. “Who’s Kaya?”

“Kayana. Lo nggak kenal?”

Ridan berkerut dahi. Kayana yang ia tahu selalu tampak seperti kutu buku, berbeda dengan wanita tadi yang berpakaian cukup seksi.

“Nanti gue jelasin.” Adifa kembali menepuk bahu Ridan, lalu menyusul Kayana ke ruang UGD.

...

“Gimana keadaannya?” tanya Andri yang baru datang pada Kayana yang duduk di ruang tunggu ICU.

Mendengar itu, Kayana langsung berdiri dan menghadap Andri. “Kata dokter ada cedera di kepala yang bikin Theo masuk kondisi koma. Untuk sekarang, kita hanya bisa memantau dan berharap Theo cepat sadar.”

My True Me (END)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें