That Night (6)

525 74 223
                                    

Mila memasang senyum palsu pada bartender yang menyuguhkan segelas mocktail padanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mila memasang senyum palsu pada bartender yang menyuguhkan segelas mocktail padanya. Begitu pula sang bartender yang membalas dengan senyuman paksaan. Siapa juga yang masih bisa tersenyum pada lawan yang telah membantingnya berkali-kali dalam pertarungan satu lawan satu?

"Sendirian?" tanya Ridan. Bertindak seperti orang asing yang tak saling mengenal sebelumnya, plus pura-pura bersikap ramah sebagai bentuk servisnya sebagai seorang bartender pada pelanggan.

Mila mengangguk walau sebenarnya Ridan pun tahu jika dirinya tak datang sendiri. Ia datang bersama Adifa yang kini tengah mengawasinya dari suatu tempat, menjaga jarak untuk meminimalisir kemungkinan munculnya kecurigaan.

Beberapa jam lalu, Adifa memberinya gambar denah Ascension Night Club, tempat hiburan milik Galen yang malam ini dikunjunginya. Adifa menyuruhnya untuk datang langsung agar dapat mengamati tempat itu secara lebih akurat. Penting baginya untuk menghafal letak pintu-pintu yang bisa ia jadikan sebagai jalan keluar saat rencana dijalankan.

"Hai," sapa seorang pria yang menduduki stoolbar di sebelah kirinya.

"Jawab seperlunya. Jangan terlalu diladenin." Suara Adifa yang mengawasinya entah dari mana terdengar dari sambungan satu arah benda kecil yang terpasang di telinganya.

"Sendirian aja?" tanya lelaki itu.

Mila hanya menjawab dengan senyuman tipis, lalu memilih mengalihkan pandangan ke arah lain. Namun, matanya langsung memutar malas saat merasakan pahanya bersentuhan dengan kaki lelaki itu karena posisi kursi yang di dekatkan.

"Tahan, Mil. Jangan buat keributan." Adifa memperingatkan, seolah tahu apa yang tengah ia pikirkan.

Mila pun terpaksa kembali menoleh pada pria itu. "Sori, gue datang sama pacar."

Pria masih tersenyum, tampak tak terpengaruh dengan status bohongan yang baru Mila lontarkan. "Gue cuma mau jadi temen ngobrol aja karena gue lihat lo duduk sendiri."

Buaya! cibir Mila dalam hati. Ia lantas turun dari kursi, membawa gelas minumnya kemudian beranjak pergi.

"See ya ...," ucap si Lelaki Buaya tanpa Mila gubris.

Mila menuju area belakang, menepi ke dekat dinding, memilih tempat yang tak mengundang banyak mata ke arahnya. Tanktop hitam bertali spageti dengan belahan dada rendah serta rok mini ketat yang hanya menutup setengah pahanya jelas menjadi pemandangan indah bagi para lelaki hidung belang.

Itu jelas bukan gayanya. Itu gaya dan pakaian Sherly, kepribadian gadis SMA yang suka berdandan seksi.

Karena warna pakaian itu serba hitam, ditambah pakaian mereka yang berada dalam satu lemari, membuat Mila berpikir jika itu adalah satu dari sekian pakaiannya yang notabene berwarna gelap. Kemarahan pada Theo menuntutnya untuk buru-buru pergi. Ia asal comot semua pakaian yang terlihat hingga tanpa sengaja memasukkan pakaian Sherly ke dalam tasnya. Namun, siapa sangka pakaian itu justru berguna untuk ia gunakan memasuki Ascension sekarang.

My True Me (END)Where stories live. Discover now