Empat Puluh Satu

161 10 27
                                    

Tubuh gadis itu menggeliat di atas tempat tidur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tubuh gadis itu menggeliat di atas tempat tidur. Ia mengerang seraya merenggangkan badan dalam posisi berbaring dengan mata yang masih tertutup.

Matanya yang terasa berat perlahan terbuka. Ia mengedip beberapa kali ke arah plafon, kemudian memutar pandangan ke penjuru kamar.

Kamar yang tak asing, tapi juga terasa asing.

Ia pernah ada di kamar itu sebelumnya, tapi tak pernah tahu itu kamar siapa. Yang ia tahu, ada baju-baju tidak modis milik Mila yang tertata di dalam lemari besar di kiri tempat tidurnya.

Gadis itu lantas duduk. Ia mengucek matanya yang terasa lengket sambil menguap. Tangannya lantas bergerak mengusap leher belakang yang terasa pegal. Kedua matanya yang setengah terbuka, kontan terbuka sepenuhnya saat merasakan ada yang aneh.

Ia spontan turun dari ranjang, bergegas menuju cermin besar yang ada di lemari. Ia mematung, matanya terbeliak memandang pantulan dirinya di depan sana.

Detik berikutnya, mulutnya tak kuasa untuk tak berteriak. “AAAA ....”

Mendengar teriakan itu, Ridan dan Theo yang ada di kitchen bar reflek berlari menuju kamar gadis itu.

Begitu pintu terbuka memperlihatkan dua lelaki datang dengan wajah panik, gadis yang tengah memandang cermin itu menoleh dengan wajah yang tak kalah panik.

“Rambut gue ...,” ucapnya setengah merengek pada Theo sambil memegang ujung rambut pendeknya. “Siapa yang motong rambut gue?”

Ridan memandang bingung ke arah gadis itu.

“SIAPA?!” bentak gadis itu.

Theo membuang napas, menyabarkan diri, sudah mengantisipasi kalau hal ini mungkin terjadi. Ia berjalan mendekat ke arah gadis itu. “Calm down, Sher. Biar gue jelasin.”

Sher? Ridan mengernyit, lalu teringat jika Zita masih punya satu kepribadian lagi selain Mila. Menyadari itu, mulut Ridan seketika terbuka. Ini pertama kalinya ia bertemu Sherly, kepribadian Zita yang lain lagi.

“Gue tanya siapa?!” Gadis itu kembali membentak. Matanya melotot marah ke arah Theo. “Mila, kan? Iya, kan?”

Theo berusaha menahan diri menghadapi sosok satu itu. “Zita yang motong rambutnya.”

What?! Gak mungkin! Ini pasti kerjaan Mila! Cuma dia yang pengen punya rambut pendek!” ucap Sherly menggebu, masih tersulut amarah. “Oke! Ini artinya dia ngajak war! Sekalian aja gue warnain jadi kuning biar dia makin seneng!”

Theo melotot mendengar perkataan gadis itu. Jika Sherly membenci rambut pendek, maka Mila membenci rambutnya diwarnai, apalagi jika diwarnai dengan warna mencolok seperti kuning.

Terakhir kali Sherly membuat ulah dengan mengganti warna rambutnya menjadi merah maroon, Mila yang fronting keesokan harinya langsung murka dan membakar semua pakaian Sherly yang ada di lemari.

My True Me (END)Where stories live. Discover now