Tiga Puluh Delapan

167 21 32
                                    

Akhirnya aku kembali karena cerita sebelah yang sudah ending

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Akhirnya aku kembali karena cerita sebelah yang sudah ending....

Sebagai gantinya, aku kasih part (agak) panjang.

1600 kata lebih nih.

...

Seperti yang Mila minta, Zita menanggapi ajakan Reinaldi untuk bertemu. Namun, hampir setengah jam ia menunggu di taman sesuai arahan Reinaldi, lelaki itu tak kunjung muncul.

Beberapa kali Zita mencoba mengirim pesan untuk menanyakan keberadaan Reinaldi, tapi semua pesannya hanya menunjukkan ceklist satu. Ia juga sudah coba menelepon, tapi panggilannya berakhir ke kotak suara. Sudah bisa dipastikan jika ponsel lelaki itu sedang tidak aktif.

Zita duduk di kursi taman yang kosong, menatap langit yang mulai berubah gelap. Terangnya mentari telah diganti oleh cahaya lampu yang terpasang di sepanjang area taman. Ia lantas menghela napas, memutuskan untuk menunggu, setidaknya lima belas menit lagi, dan akan langsung pergi jika Reinaldi tak juga datang.

Seorang pria ber-hoodie hitam, dengan topi dan masker menutupi wajah tiba-tiba duduk di sebelah Zita. Merasa tak nyaman, Zita berniat bangkit. Namun, sebelum sempat berdiri, ia lebih dulu merasakan sesuatu menekan sisi kanan perutnya.

Zita menunduk, matanya melebar saat mendapati sebilah pisau tengah ditodongkan ke arahnya. Ia lantas menatap mata pria itu--satu-satunya bagian wajah yang mampu dilihatnya.

“Gue nggak akan macam-macam asal lo serahin barang berharga lo ke gue,” ancam pria itu sambil sedikit menekan ujung pisaunya ke perut Zita yang hanya terlapisi kaos tipis.

Zita mencoba tenang untuk mengontrol rasa paniknya. “Saya cuma bawa dompet sama hape.”

Zita memejam saat ujung pisau semakin ditekan hingga terasa mengoyak kaos dan melukai kulit arinya.

“Kasih ke gue se--”

Belum sempat pria itu menyelesaikan kalimatnya, tangannya yang memegang pisau lebih dulu ditarik hingga tubuhnya reflek terangkat. Satu jejakan kuat di perut menyambutnya hingga badannya terdorong dan terjerembab ke tanah.

“Kamu nggak apa-apa?”

Zita menoleh, mendapati Reinaldi menatapnya khawatir dengan napas terengah dan bulir keringat membasahi kening.

Zita mengangguk pelan. “Nggak apa-apa.”

Reinaldi lantas menarik Zita ke belakang tubuhnya saat melihat pria tadi beranjak berdiri. Zita menatap kaos belakang Reinaldi basah oleh keringat dengan bahu yang bergerak naik-turun seperti kelelahan.

Apa Reinaldi baru saja berlari untuk menemuinya?

Zita menunduk saat merasakan genggaman Reinaldi pada tangannya terasa semakin erat.

“Sori, aku telat,” kata Reinaldi tanpa menoleh ke belakang. “Hape-ku mendadak nggak bisa dipakai.”

Zita tak tahu harus merespon apa, jadi ia hanya menggumam sebagai jawaban. Ia lantas mengintip ke depan, ke arah pria bermasker tadi.

My True Me (END)Där berättelser lever. Upptäck nu