Sepuluh

697 109 158
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, saat ini Zita tengah berdiri di depan pagar sebuah rumah dua tingkat dengan halaman yang cukup luas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, saat ini Zita tengah berdiri di depan pagar sebuah rumah dua tingkat dengan halaman yang cukup luas.

Setelah mengobrak-abrik kamar kosannya dan tidak menemukan benda yang dicarinya, di sinilah ia sekarang berada. Rumah tantenya sekaligus rumah Theo. Satu-satunya tempat yang belum ia geledah adalah kamarnya di rumah ini.

Zita memasuki rumah tanpa perlu mengetuk terlebih dahulu. Rumah itu tampak kosong. Tak terlihat siapa pun mulai dari ruang tamu hingga ruang tengah. Sepertinya para penghuni rumah sedang berada di kamarnya masing-masing. Kecuali sang tante yang mungkin sedang ada di dapur mengingat hampir waktunya makan malam.

Langsung saja ia naik ke lantai dua, menuju ke kamar yang menjadi ruang pribadinya. Di lantai dengan tiga kamar itu, kamarnya terletak di tengah-tengah antara dua kamar kakak-beradik, Rita dan Theo.

Saat melewati kamar Theo, ia sekilas melihat pemuda itu tengah duduk di depan layar komputer, terlihat sibuk mengerjakan sesuatu. Entah tugas kuliah atau justru sedang bermain game online.

Setelah masuk ke dalam kamarnya, ia mengacak-acak semua laci yang ada di sana. Mulai dari laci meja belajar, laci nakas, hingga laci dalam lemarinya.

"Ah, kampret!" umpat Theo di depan pintu kamar Zita dengan tangan mengelus dada. "Gue kira bayangan apa tadi lewat depan kamar. Taunya lo!"

Zita terkekeh tanpa mengalihkan fokus pada tangan dan netranya yang masih sibuk mengobrak-abrik semua laci.

Theo memasuki kamar itu lalu menjatuhkan tubuh ke atas tempat tidur. Ia lantas memiringkan tubuh dengan satu tangan menyangga kepala. "Nyari apa?"

"Kepo, deh!" sahut Zita.

Nihil!

Nyatanya, pencariannya tak menghasilkan apa pun. Benda yang dicarinya tak dapat ia ditemukan di mana pun. Lidahnya spontan mendecak kesal. Ia menjatuhkan pantat di tepian tempat tidur, duduk membelakangi Theo yang tengah berbaring di ranjangnya. Dahinya mengernyit, mencoba memikirkan tempat mana lagi yang kiranya belum ia geledah.

Theo beringsut, merubah posisinya untuk duduk di sebelah Zita. Baru saja ia berniat menawarkan bantuan, suara wanita memanggil namanya terdengar. Pemuda itu pun langsung berdiri. "Udah, nanti dicari lagi! Makan dulu, gih!"

Theo berjalan pergi lebih dulu, diikuti Zita yang berjalan sambil menghela napas berat.

Di ruang makan, sudah ada Radit dan Rita yang duduk di balik meja makan. Dua orang itu tampak sibuk dengan ponsel masing-masing hingga tak menyadari kehadiran Zita di antara mereka.

"Zita kapan dateng?" tanya Siska-tante Zita, sekaligus mama Theo-yang datang dari dapur dengan membawa wadah berisi nasi.

"Baru kok, Tan!" jawab Zita. "Tadi masuk sepi banget, jadi Zita langsung ke kamar."

My True Me (END)Where stories live. Discover now