Empat Puluh Lima

160 8 15
                                    

Gambar di media muncul kan ya? 👆👆👆

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gambar di media muncul kan ya? 👆👆👆

...

"Guten morgen, Miss Meinhard," sapa Ridan yang masih muka bantal pada sambungan video call-nya dengan Moza.

"Pagi, Dan," balas Moza tanpa menoleh pada ponselnya yang sudah disandarkan ke gelas di permukaan kitchen bar. Gadis itu tampak sibuk menyiapkan menu sarapan untuknya dan kedua tamunya yang masih tidur.

"Istri idaman banget sih, jam segini udah bikin sarapan."

Moza hanya menghela napas. Mulai terbiasa dengan gombalan menggelikan yang Ridan ucapkan. Ia lantas melirik ponselnya, melihat Ridan masih bergelung di atas tempat tidur dengan rambutnya yang berantakan.

"Bangun, cuci muka, terus sarapan," ujar Moza.

"Senangnya ada yang merhatiin. Jadi semangat menjalani hari," ucap Ridan sambil cengengesan. Lelaki itu lantas bangkit. "Jangan dimatiin, ya. Gue cuci muka dulu."

Moza melihat tampilan video di seberang sana bergerak tak beraturan. Setelahnya, mungkin diletakkan di atas meja belajar, yang jelas kamera ponsel menunjukkan tampilan rak berisi buku dan sebuah lampu duduk dengan boneka kecil berbentuk domba menggantung di bawahnya.

Tak lama, layar ponsel kembali bergerak. Wajah Ridan yang lebih segar sudah kembali mendominasi layar.

"That's cute," ucap Moza.

"Siapa? Gue?" sahut Ridan percaya diri dengan cengiran lebar.

"Gantungan domba di lampu lo."

"Domba?" Ridan tampak menoleh ke satu arah, lalu mengarahkan kamera ponselnya ke boneka yang dimaksud. "Oh, ini? Kambing?"

"Domba," ralat Moza.

"Iya, kambing, kan?"

"Itu domba."

"Sejenis kambing, kan?"

Moza tak lagi mendebat. "Iya, deh."

"Lo mau?" tanya Ridan. "Tapi sori, gue nggak bisa kasih. Kalau lo mau, nanti gue bikinin sendiri."

"Nggak," jawab Moza. "Emang kenapa sama boneka itu? Dari mantan pacar lo?"

Ridan tak langsung menjawab, tampak sibuk meletakkan ponselnya untuk bersandar pada sesuatu agar tak repot memeganginya.

"Bukan," jawab Ridan pada akhirnya.

Di kamarnya, Ridan menatap boneka yang kini di berada di tangannya. Ringan, tapi terasa berat di hatinya. Ia melihat layar ponsel yang memperlihatkan Moza yang tengah menata roti tawar secara berjajar.

"Lo inget anak kecil yang ketemu di bengkel waktu itu?" tanya Ridan. "Ini punya bapaknya." Ridan lantas tersenyum, kembali memandang boneka tersebut. "Katanya dia mau kasih kejutan buat istrinya."

My True Me (END)Where stories live. Discover now