Sirius : 6. Gift

7.2K 1.4K 446
                                    

Malam yang sunyi, gadis berambut blonde itu hanya terdiam dengan memandang penuh kesenduan pada sebuah cup cake dan lilin yang menyala di atasnya.

Ini sudah pukul sebelas malam. Semuanya sudah terlelap dalam tidur. Hanya gadis itu yang masih terus terjaga. Duduk memeluk lututnya, tanpa berniat meniup lilin pertama untuk ulang tahunnya hari ini.

Setelah tiba di mansion tadi, Jennie dan Chaeyoung berpisah karena ingin beristirahat. Menghabiskan waktu di luar nyatanya cukup melelahkan, walau rasa bahagia juga hadir di hati mereka.

Sesuai dugaannya. Tak ada yang mengingat hari spesial gadis itu. Bahkan ketika dia menginjakkan kaki di bangunan mewah itu, orang tua serta kedua saudaranya sudah terlelap. Itulah yang ia tahu dari salah satu maid.

"Selamat ulang tahun, untuk diriku sendiri." Chaeyoung bergumam. Berharap sekali jika hari ini cepat berlalu, dan ia akan berusaha melupakan kesakitannya yang cukup mendera.

Entah ingin sampai kapan, Chaeyoung masih sangat nyaman dengan posisinya itu. Meratapi diri sendiri yang terlupakan oleh keluarganya. Sampai pintu kamar yang lupa Chaeyoung kunci terbuka perlahan.

Penerangan di dalam kamar Chaeyoung sangat minim karena dia memang sudah mematikan seluruh lampunya. Tapi masih bisa ia tangkap, sosok dengan piyama kuning itu berdiri di ambang pintu.

Hingga sosok itu berlari ke arahnya, lalu memberikan pelukan yang erat. Sangat erat hingga Chaeyoung kesulitan mengambil napasnya.

"Selamat...."

"Ulang tahun."

Chaeyoung tidak menangis ketika semua melupakan hari ulang tahunnya. Chaeyoung tidak menangis ketika Jennie justru membelikan hadiah untuk Lisa, bukan dirinya. Tapi mengapa dia harus menangis kala mendengar suara serak adiknya itu?

"Igeo! Hadiah!" Melepas pelukannya, Lisa menyerahkan selembar kertas putih yang menampakkan sebuah gambar berbentuk kue dan lilin serta nama lengkap Chaeyoung.

Gambarnya tidak bagus, justru sangat berantakan. Tapi hadiah itu, sangat menyentuh hati Chaeyoung. Dia semakin menangis dan kembali menarik tubuh Lisa untuk di dekap.

Chaeyoung tidak tahu, bahwa Lisa adalah satu-satunya orang yang mengingat hari ulang tahunnya bahkan sejak bangun tidur.

Malam kemarin, gadis berponi itu rela tidur larut malam hanya untuk menggambar kue di kertas putih yang kini ada di genggaman Chaeyoung. Dia ingin memberikannya pagi tadi, namun Chaeyoung sudah pergi ke sekolah.

Dan tanpa Chaeyoung tahu pun, sesungguhnya saat ini keadaan Lisa sedang tidak baik. Setelah kembali dengan Jisoo ke mansion, serangan pada jantungnya kembali hadir. Maka dari itu, Lisa tak sanggup untuk menyambut kepulangan Chaeyoung bersama Jennie pukul delapan malam tadi.

Sampai pukul sebelas ini, Lisa terbangun dengan rasa sakit yang sedikit membaik. Dia meninggalkan sang ibu yang sudah terlelap di kamarnya, untuk memberikan hadiah ulang tahun kepada sang kakak.

"Jangan..."

Lisa menarik tubuhnya dari dekapan Chaeyoung, walau sesungguhnya sang kakak menahannya dengan erat. Tak mau melepaskan pelukan yang hangatnya bukan main.

"Jangan menangis. Lisa tidak suka." Tangan kurus nan dingin itu menghapus air mata Chaeyoung perlahan.

Tapi percuma saja, karena Chaeyoung sama sekali tak bisa menghentikan tangisnya. Dia benar-benar merasa beruntung, karena memiliki malaikat seperti adiknya.

"Chaeng Unnie tidak suka? Gambar Lisa jelek?" Wajah Lisa tampak panik. Dia hendak menarik hasil gambarnya dari tangan Chaeyoung, namun sang kakak menahan.

SiriusWhere stories live. Discover now