Sirius : 26. Oxygen

4.1K 787 56
                                    

Berbeda, adalah hal yang ia rasa ketika bangun pada malam itu. Dia merasa pandangannya mengabur, dan tubuhnya tidak bisa bergerak sesuai dengan keinginannya.

Chaeyoung meyakinkan jika ini adalah mimpi buruk. Tapi ketika merasakan sentuhan hangat dari ibunya, Chaeyoung sadar jika ini nyata.

"Eom-ma? Pandangan Chaeyoung kabur." Chaeyoung mengadu. Ia takut penglihatan itu tak akan kembali selamanya.

"Tidak apa-apa, Sayang. Ini hanya sementara. Chaeyoung mau minum?" Kalimat ibunya terdengar meyakinkan, membuat Chaeyoung mengangguk saja.

Ia kemudian dibantu oleh sang ibu untuk merubah posisi menjadi setengah duduk. Tidak sadar selama satu hari membuat tenggorokan gadis itu kering.

"Uhuk!" Chaeyoung tersedak, membuat air kini membasahi sebagian wajah dan lehernya.

"Pelan-pelan, Nak." Sora dengan sabar membersihkan air di wajah anaknya.

Sedangkan Haneul, tampak menyiapkan makanan yang sudah dibawa oleh perawat atas permintaannya. Ia pikir Chaeyoung akan sangat lapar karena sedari kemarin belum memakan apa pun.

"Yeobo, kau bersungguh-sungguh untuk mengeluarkan Lisa dari sekolahnya?" Sora tahu, jika ini bukan saat yang tepat untuk membahas sesuatu yang berat di hadapan Chaeyoung.

Tapi Sora bahkan belum sempat menanyakan perihal kesungguhan suaminya untuk penghentikan kegiatan sekolah Lisa. Pria itu sangat sibuk sebagai Dokter dan Presdir rumah sakit membuat mereka tak memiliki waktu untuk sekedar mengobrol.

"Jennie bilang itu yang terbaik untuk Lisa." Haneul menyebut nama Jennie, karena anak keduanya itulah yang memaksanya mengeluarkan Lisa dari sekolah. Jennie bilang, sekolah itu memberikan pengaruh buruk untuk Lisa.

"Jennie tidak mengerti, Yeobo. Dia baru berusia 18 tahun. Masalah seperti itu, bukankah kita sudah melaporkan anak yang mengganggu Lisa? Itu sudah cukup. Dia tak akan melakukannya lagi." Haneul menghela napas. Ia merasa serba salah di hadapan anak dan istrinya. Mereka memiliki pemikiran yang bertolak belakang.

"Sekolah itu baik untuk perkembangan Lisa, bukan? Setidaknya dia bisa mengurus dirinya sendiri karena---"

"Kita bahas nanti." Haneul segera memotong kalimat istrinya.

Kepala lelaki itu sudah pusing dengan keadaan dua putrinya. Kini Sora harus menambah bebannya. Haneul akan memikirkan apa yang terbaik untuk Lisa nanti. Saat ini penyembuhan Chaeyoung jauh lebih penting.

"Chaeyoung, makan dulu ya? Setelah itu Appa akan memberikan obat dan Chaeyoung bisa kembali istirahat." Haneul mengusap kepala Chaeyoung, berusaha menampilkan senyuman yang ia bisa lalu memberikan mangkuk berisi bubur kepada Sora.

"Kajja, buka mulutnya sayang."

Melihat Sora mulai menyuapi Chaeyoung, Haneul beralih pada beberapa kapsul obat yang harus anaknya konsumsi. Melihat banyaknya jumlah obat itu, Haneul merasa tidak tega jika Chaeyoung harus menelan semuanya.

"Uhuk! Uhuk!"

Haneul tersentak, saat mendengar anaknya kembali tersedak. Ia segera menghampiri Chaeyoung yang ternyata memuntahkan kembali makanannya hingga berceceran.

Dahi pria itu mengerut sembari membantu Sora membersihkan sisa makanan di wajah anak mereka. Ia kemudian memberikan usapan lembut pada dada Chaeyoung yang tampak menarik napas sesak.

"Chaeyoung... Merasa kesulitan untuk menelan makanannya, Nak?" tanya Haneul ragu.

Namun ketika mendapatkan anggukan dari anaknya, lutut pria itu mendadak lemas. Wajahnya mulai menucat karena memikirkan suatu hal.

SiriusWhere stories live. Discover now