Sirius : 22. Lost Or Leave

11.1K 1.3K 284
                                    

Sebenarnya, seorang pengidap Autism bukanlah manusia yang buruk. Mereka bahkan terkadang jauh lebih genius dibandingkan manusia normal lainnya.

Keadaan itu tak bisa menghalangi pengidap untuk bisa menjadi orang-orang hebat.

Lisa juga seperti itu. Ia sangat pandai dalam memainkan semua alat musik terutama piano bahkan hanya dalam sekali belajar.

Tapi dulu, Haneul dan Sora memilih tak memperlihatkan bakat anaknya itu ke dunia luar. Karena mereka tahu, dunia luar begitu membenci sosok seperti Lisa.

Mereka pikir itu yang terbaik untuk Lisa. Hingga waktu kian berlalu, keduanya mulai sadar jika pemikiran itu salah.

Akibat selalu mengurung Lisa di rumah besar itu, Lisa menjadi sosok yang jauh dari kata mandiri. Ia sangat bergantung pada orang lain.

Beberapa minggu lalu, Haneul dan Sora yang sadar jika pola didikannya pada Lisa salah akhirnya memutuskan membawa Lisa ke sebuah sekolah khusus penyandang autism.

Namun lagi-lagi mereka telah mengambil keputusan yang salah. Mengakibatkan Lisa harus merasakan sakit karena jantungnya berulah.

Haneul sebagai kepala keluarga, saat ini menjadi sangat bingung. Di satu sisi, ia tak mungkin membiarkan Lisa selalu bergantung pada orang lain.

Mengingat kondisi Chaeyoung yang semakin menurun karena kankernya, Sora pasti akan lebih sering menemani anak itu.

Haneul pun harus memenuhi kewajibannya sebagai seorang Dokter dan pimpinan rumah sakitnya sendiri.

Serta kedua kakak Lisa lainnya, kelak mereka akan memiliki kehidupan sendiri di luar sana.

"Appa! Main?"

Haneul yang sedang melamun di salah satu sofa ruang keluarga, tersentak saat Lisa sudah ada di hadapannya.

Anak itu, padahal baru dua hari lalu keluar dari rumah sakit namun kini sudah tampak sangat sehat dan tak ada gurat kesakitan sama sekali.

"Lisa mau main?" tanya Haneul meraih tangan lembut anaknya.

"Eum... Putar-putar. Kuda?" Lisa tampak berusaha mengingat permainan apa yang ia inginkan sekarang.

"Lisa ingin pergi ke taman bermain?" Hari ini, jadwal Haneul kosong. Mungkin tak ada salahnya untuk membawa Lisa ke taman bermain, yang terakhir kali mereka kunjungi dua tahun lalu.

"Ayo! Lisa mau naik kuda! Berputar-putar!"

..........

"Kau ingin berhenti menjadi model?" Suara tajam ayahnya itu membuat tubuh Seulgi menegang.

Ia terus menunduk, tak berani menatap mata Kang Hongseok yang seperti akan menerkamnya hidup-hidup saat ini.

"Lalu bagaimana caranya untuk menginjak harga diri anak sulung Haneul itu jika kau mundur?"

Pertanyaan kedua ayahnya itu lagi-lagi tak bisa Seulgi jawab. Kali ini, ia memang tak tahu jawabannya. Seulgi hanya terlalu lelah, selalu menjadi alat sang ayah untuk menghancurkan harga diri Haneul melalui Jisoo.

Awalnya, ia memang baik-baik saja. Awalnya, ia selalu menikmati bagaimana melihat Jisoo tersakiti. Tapi, setelah malam itu ketika ia bertemu dengan Lisa di rumah kakek. Perasaannya kian berbeda.

Ia hanya berpikir, jika menyakiti Jisoo maka ia akan menyakiti anak itu juga. Bagaimana bisa, Seulgi harus menyakiti satu-satunya orang yang peduli padanya saat semua orang menjauh?

"Haish! Kau memang tidak bisa diandalkan sedari awal." Hongseok mulai menggerutu.

"Lakukan saja sesukamu. Percuma istriku melahirkanmu jika begini jadinya." Sosok ayahnya pergi, tapi perkataan terakhir Hongseok itu masih sangat melekat di benak Seulgi.

SiriusKde žijí příběhy. Začni objevovat