Sirius : 33. Hope

3.4K 764 81
                                    

Bulan telah berganti. Waktu terasa begitu cepat untuk sebagian orang. Namun ada juga yang beranggapan jika waktu berjalan sangat lama. Tergantung bagaimana orang itu menikmati hari-hari beratnya seperti apa.

Sudah sepuluh bulan Chaeyoung hidup dengan penyakitnya. Banyak hal yang sudah ia lewati. Perjuangannya untuk sampai di titik sekarang tidaklah mudah.

Chaeyoung masih ada di stadium yang sama. Hanya saja, tubuhnya semakin tidak berdaya. Tak jarang ia mengalami kejang yang membuat seisi rumah panik.

Ia juga mengalami Paralisys. Dimana ia sudah mengalami kelumpuhan. Awalnya hanya terasa di tungkai, namun sekarang bahkan ia tak bisa menggerakkan sebagian besar tubuhnya.

Untuk Lisa sendiri, ketakutan yang semula Dokter Shin takutkan tidak terjadi. Anak itu masih sehat dan riang, sehingga Haneul tidak pernah membawanya pada Dokter Shin lagi.

Hubungan Jennie dan Sora masih tidak terlalu baik. Apalagi sampai saat ini Jennie belum mendengar permintaan maaf dari Sora untuk Lisa. Padahal Jennie tahu, ibunya sudah memastikan Lisa tak bersalah melalui CCTV rumah.

Lisa pun tidak pernah lagi berdekatan terlalu lama dengan ibunya. Ia memilih mandi atau makan bersama Jisoo dan Jennie. Sepertinya rasa takut itu masih ada di dalam diri Lisa. Kalimat kasar dari Sora tak bisa ia lupakan begitu saja walau Lisa tampak baik-baik saja.

Hari ini, cuaca di luar tampak terik. Dari dalam kamarnya, Chaeyoung bisa mendengar suara tawa Lisa yang sedang bermain bersama Jisoo dan Jennie.

Jika di saat seperti ini, ada rasa iri yang merayapinya. Kapan ia bisa berlari seperti mereka? Bahkan tertawa pun ia tidak sanggup.

Kadang kala, Chaeyoung merenungi nasibnya yang seperti mayat hidup ini. Ia tak bisa melalukan apa pun, dan hanya merepotkan orang-orang di sekitarnya.

"Sayang, kenapa menangis?" Sora menyeka air mata yang mengalir dari sudut mata anaknya.

Chaeyoung ingin menjawab, tapi rasa sakit kepala itu menghentikannya. Ia mengerjab ketika pandangannya mulai berbayang.

"Eung.. Eoh-ma." Chaeyoung merintih, membuat Sora merasa panik.

"Chaeyoung, apa yang---Chaeyoung!" Sora memekik, ketika tubuh anaknya kembali mengejang.

"Haneul, bangun!" Suaminya yang semula tertidur di sofa kamar Chaeyoung, segera tersentak.

Ia dengan wajah kebingungan mendekati ranjang anaknya. Lalu ketika melihat Sora yang memeluk Chaeyoung, ia segera sadar.

Haneul membuka laci meja dengan kasar, meraih beberapa obat dan suntikan. Dengan tangan gemetar ia masukkan cairan obat itu ke lengan anaknya. Hingga perlahan kejang itu mereda.

"Ye-Yeobo, ada apa dengan Chaeyoung? Biasanya tidak seperti ini." Namun walaupun kejang itu berhenti, Sora tak dibuat tenang karena Chaeyoung tampak kesulitan menarik napasnya sendiri.

"Aku akan menghubungi ambulance."

Sora tidak menyahut, ia mengusap wajah anaknya yang basah oleh keringat. Lalu mengecup salah satu mata Chaeyoung yang tidak tertutup sempurna.

"Euhg..." Tubuh itu tampak mengejang sekali, dengan muntahan keruh yang keluar dari mulutnya.

"Yeobo, ada apa dengan anak kita?" Kondisi ini tidak pernah Chaeyoung alami sebelumnya, tentu membuat Sora ketakutan.

Ia menyeka dan membersihkan muntahan anaknya dengan tangan gemetar. Merasa waktu sangat lama untuk menunggu ambulance datang.

"Sayang, kau dengar Appa?" Di sisi lain, Haneul berusaha membuat anaknya tersadar. Tapi itu mustahil, karena tak ada respon apa pun selain napas berat dari anaknya.

SiriusWhere stories live. Discover now